BY: BIOLOGI 1 '12 IAIN RF PALEMBANG
Kelompok 3 :
- Afrita Hartanti
- Ari Muhamad Isbilly
- Ayu Kurnia Lady Ultari
- Ayu Pujiastuti
- Dea Asih Suprianti
RIBOSOM
Masih
ingatkah tentang organela yang disebut ribosom? Ribosom adalah suatu organel
sel yang banyak menempel pada reticulum endoplasma kasar (REK). Masih ingatkah
fungsinya? Ribosom terlibat dalam proses sintesis protein. Pada ribosom akan
terjadi proses penerjemahan kode-kode genetik (kodon) yang dibawa oleh mRNA.
Selama proses penerjemahan ribosom menempel dan bergeser sepanjang molekul mRNAdari ujung 5’-3’. Dalam penerjemahan tersebut akan terlibat tRNA yang membawa
antikodon, tRNA tersebut menggendeng asam amino. Jumlah ribosom sendiri sangat
banyak, tetapi jumlahnya bervariasi tergantung pada macam organismenya. Ribosom
dibangun dari molekul protein dan rRNA. Hasil pengamatan dengan mikroskop
elektron dalam bentuk tiga dimensi dan teknik pewarnaan tertentu menunjukkan
bahwa ribosom sebenarnya adalah gabumgan dari subunit kecil dan subunit besar
(Sumadi. dan aditya marianti. 2007).
Ribosom
merupakan partikel kecil padat-elektron, yang berukuran sekitar 20 x 30 nm.
Ribosom terdiri atas 4 segmen rRNA dan sekitar 80 protein yang berbeda. Ribosom
mitokondria (dan kloroplas), seperti ribosom prokariotik, agak lebih kecil
dengan konstituen yang lebih sedikit. Semua ribosom terdiri atas dua subunit
yang berbeda ukuran. Pada sel eukariotik, molekul RNA kedua subunit disintesis
dalam nucleus. Sebagian besar proteinnya dibuat di dalam sitoplasma dan
kemudian memasuki inti dan bergabung dengan rRNA. Subunit tersebut kemudian
meninggalkan inti, melalui pori-pori inti, masuk ke dalam sitoplasma dan ikut
serta dalam pembuatan protein (Mescher. 2012).
Dalam pengamatan pada
sitoplasma dapat dilihat adanya granula-granula yang banyak sekali dalam
sitoplasma yang mempunyai sifat mengikat zat warna basis. Granula ini mula-mula
dinamakan komponen basofil dari sitoplasma atau Chromopphil substance atau
Chromodial substance dan kemudian juga dinamakan granula palade yang sekarang
kita kenal sebagai ribosom. Pada sel-sel kelenjar tampak bahwa granula berwarna
yang mengikat zat warna basis ini tampak lebih padat pada dasar sel, sedangkan
pada sel saraf akan menggerombol membentuk bangunan yang sekarang dikenal
sebagai badan-badan dari Nissle. Tahun 1900, Garnier meneliti granula ini
mendapatkan bahwa benda ini mempunyai kaitan erat dengan kegiatan sel sehingga
dinamakan ergastoplasma. Ternyata kemudian apa yang diketemukan oleh Garnier
ini sebenarnya adalah retikulum endoplasma yang pada dindingnya menempel banyak
sekali ribosom. Dari hasil penelitian para ahli ternyata bahwa ribosom ini
mengandung banyak asam nukleat yang berada dengan yang terdapat dalam kromatin
dalam inti sel. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan reaksi Fuelgen
ternyata bahwa asam nukleat ini bersifat Fuelgen negative (Sumadi. dan aditya
marianti. 2007).
STRUKTUR
RIBOSOM
Ribosom
berbentuk globular dengan diameter sekitar 250 sampai 350 nm. Ribosom mampu
menyebarkan maupun menyerap elektron dengan sangat kuat sehingga mikroskop
electron dapat digunakan secara intensif untuk meneliti ribosom lebih dalam.
Sebenarnya selain dengan mikriskop elektron, ribosom dapat diteliti dengan
berbagai cara antara lain dengan defraksi sinar X, sentrifugasi atau
pemusingan, maupun dengan imunositokimia. Analisis biokomia juga biasa
dilakukan untuk mengetahui jumlah dan mengidentifikasi protein-protein dalam
sub unit ribosom.
Ribosom
ditemukan baik pada sel prokariota maupun eukariota. Padas el Prokariota
ribosom terdapat bebas di sitosol, sedangkan pada sel eukariota selain terdapat
bebas di sitosol juga terdapat di matriks mitokondria, stroma kloroplas atau
menempel pada permukaan membran REK. Hasil penelitian secara biokimia
menunjukkan bahwa ribosom sel-sel prokariota memiliki massa molekul yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan massa molekul ribosom pada sel eukariota. Hasil ini
didapat dengan analisis sedimentasi. Analisis ini mendasarkan pada pengukuran
laju pengendapan suatu molekul di dalam larutan kental biasanya larutan sukrosa
yang dipusing dalam kecepatan yang sangat tinggi. Koefisien sedimentasi
dinyatakan dalam S yaitu unit Svedberg, ribosom sel prokariota memiliki
koefisien sedimentasi 70S, sedangkan sel eukariota koefisien sedimentasinya
80S. Selain koefisien Svedberg, laju pengendapan juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yaitu berat molekul, bentuk makromolekul, atau rakitan,
makromolekulnya. Beberapa buah ribosom terkadang berkumpul membentuk
lingkaran-lingkaran kecil disebut polisom. Hasil pengamatan dengan teknik
pewarnaan negatif dan pengamatan dengan mikroskop electron menghasilkan
petunjuk bahwa ribosom terdiri dari dua bagian yang tidak sama besar (Sumadi.
dan aditya marianti. 2007).
Ribosom
subunit kecil, tampilannya mirip embrio yaitu seperti memiliki kepala dan badan
yang dihubungkan dengan leher yang pendek. Leher tersebut dibentuk dengan
takikan (sedikit lekukan) pada satu sisi dan lekukan yang dalam pada sisi yang
lain. Badannya berbentuk batang yang membengkak. Pada subunit kecil terdapat
daerah pada satu sisi bagian ini menempel pada subnit besar.
Analisis kimia
pada subnit-subnit ribosom tersebut menunjukkan bahwa subnit besar ribosom
sel-sel prokariotik mengandung dua molekul rRNA masing-masing dengan koefisien
sedimentasi 23S dan 5S, selain rRNA juga terdapat 31 sampai 34 macam protein.
Sedangkan pada subunit kecil ribosom hanya mengandung sebuah rRNA dengan
koefisien sedimentasi 16S dan 21 macam protein. Pada eukariota, ribosomnya
terdiri dari dua subunit yaitu sub unit besar dan sub unit kecil. Subunit besar
mempunyai tiga buah rRNA masing-masing dengan koefisien sedimentasi 28S, 5S,
8S, dan 5S serta mengandung 45-49 macam protein. Sedangkan subunit kecil hanya
memiliki satu rRNA dengan koefisien sedimentasi 18S dan 33 macam protein
(Sumadi dan aditya.2007).
REAKSI FUELGEN
Reaksi Fuelgen ini
diketemukan pada tahun 1924 oleh Fuelgen dan Rosenback yang digunakan untuk
pewarnaan zat-zat yang ada dalam inti sel terutama kromosom. Reaksi ini
sebenarnya berdasarkan atas reaksi Schiff yaitu suatu reaksi yang digunakan
untuk mendeteksi adanya aldehid dengan menggunakan bahwa pewarna “fuchsin
basis”. Fuchsin basis yang berwarana biru ungu bila ditambahkan dengan HCI dan
Natrium bisulfit maka akan terjadi asam bisulfit yang mampu menghilangkan warna
fuchsin basis karena terjadi leuco fuchsin basis. Apabila leuco fuchsin basis
diberi aldehid maka akan terbentuk lagi fuchsin basis yang berwarna biru ungu.
Reaksi inilah yang digunakan sebagai dasar untuk membedakan DNA dan RNA. Hal
ini disebakan karena DNA akan mengalamai hidrolisa ringan bila diberi asam HCI
dengan menghasilkan aldehid sedangkan RNA tidak. Jadi DNA bersifat Fuelgen
positif sedabgkan RNA bersifat Fuelgen negatif. Setelah ditemukan mikroskop
elektron maka penelitian tentang granula ini menjadi lebih meningkat dan ternyata
bahwa granula palade atau granula RNA yang sekarang dikenal sebagai ribosom ini
merupakan benda-benda halus yang terdiri atas nukleoprotein dengan dimeter
sekitar 15 milimikron. Di dalam sitoplasma ribosom terdapat dalam dua bentuk,
yaitu bebas dalam matriks sitoplasma terdapat menempel pada dinding/membran
gelembung-gelembung terutama retikulum endoplasma. Ribososm yang terdapat bebas
terdapat dalam sitoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis protein yang akan
digunakan sendiri oleh sel yang nantinya akan digunakan untuk pertumbuhan sel
dan pembelahan sel (Dr. Juwono.
FUNGSI RIBOSOM
Ribosom yamg menempel
pada retikulum endoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis protein yang akan
dikeluarkan dari sel melalui organel yang mempunyai fungsi sekresi. Adakalahnya
dalam sitoplasma dijumpai ribosom yang tersusun berderet dengan satu sama lain
dihubungkan oleh semacam benang halus yang dinamakan poliribosom dan ini
mempunyai fungsi untuk mengadakan sintesis protein yang lebih kompleks. Sebagai
contoh, apa yang dikemukakan oleh Warner bahwa pada pembentuk hemoglobin di
dalam sel eritroblas, ribosom rata-rata berderet membentuk poliribosom yang
masing-masing mengandung 5 butir ribosom (Campbell. 2004).
Hal ini rupanya
berguna untuk menggabungkan polipeptid-polipeptid dari beberapa rantai sehingga
terbentuk molekul hemoglobin. Di atas telah disinggung bahwa fungsi utama
ribosom ialah untuk mengadakan sintesis protein. Dalam melaksanakan tugasnya
ini ribosom dikontrol oleh inti sel yang menghasilkan RNA yang disebut
“mesenger RNA” atau mRNA dan dibantu oleh “transfer RNA” atau tRNA yang
berfngsi untuk mengikat asam-asam aino yang ada dalam sitoplasma. Jadi pada
prinsipnya ada 3 macam jenis RNA yang aktif dalam sintesis protein yaitu mRNA
yang berasal dari inti sel, tRNA yang terdapat bebas dalam sitoplasma dan
“ribosomal RNA” atau rRNA yang terdapat dalam ribosom. Kerjasama dari ketiga
macam RNA inilah yang akan menentukan jenis, struktur dan sifat dari protein
yang akan disintesis. Mesenger RNA mempunyai susunan molekul hampir sama dengan
DNA karena mRNA ini merupakan hasil “cetakan” molekul DNA atu molekul mRNA
merupakan bentuk komplementer molekul DNA yang dipakai sebagai polanya.
Pembentukan molekul mRNA dengan menggunakan molekul DNA sebagai polanya dinamakan
proses transkripsi yaitu untuk memindahkan informasi yang berupa kode dengan
membutuhkan enzim RNA polimerase. mRNA yang terbentuk ini kemudian meninggalkan
inti sel melewati porinya masuk ke dalam sitoplasma. Transfer RNA merupakan
kelompok RNA yang terdiri ats molekul kecil yang seperti halnya mRNA dibuat
inti sel dan berfungsi untuk mengenali mRNA sekaligus mengenali asam amino yang
khusus yang sesuai dengan mRNA. Jadi mRNA kemudian membawanya ke ribosom.
Ribosom RNA merupakan RNA terbanyak dalam sebuah sel dan juga diibuat dalam
inti sel dan kemudian menempati tempatnya dalam ribosom. Ribosom sebagai tempat
sintesis protein sekaligus merupakan mesin yang mengatur dan memilih
komponen-komponen yang terlibat dalam sintesis protein. Ribosom pada dasarnyamempunyai
dua sub unit yaitu sub unit besar yang akan mengikat tRNA dan sub unit kecil
yang akan mengikat mRNA. Pada gambar 6.1. menunjukan sebutir ribosom dengan sub
unit besar dan kecil yang masing-masing berhubungan/terkait dengan tRNA dan
dengan mRNA dan juga dengan asam amino dalam proses sintesis protein. Ribosom
yang menempel pada retikulum endoplasma memasukkan hasil produksinya ke dalam
retikulum endoplasma.Sintesis protein dalam ribosom ini akan banyak dibahas
dalam bintang ilmu lain yaitu Biokimia. Di atas telah dikatakan bahwa ribosom
mempunyai sifat mengikat zat warna basis tetapi ternyata pada hasil penelitian
dengan menggunakan pewarnaan Hematoxylen Eosin (H.E.) tidak selamanya demikian.
Ribosom bebas terdapat dalam sel hidup akan mengikat zat warna basis tetapi
pada pewarnaan HE pada sel tumor ribosom tidak mengikat zat basis. Hal yang
sama terjadi pula pada sel-sel yang pertumbuhannya sangat cepat seperti sel-sel
embrio, sel-sel pada daerah penyembuhan luka dan termasuk juga sel-sel tumor (Sumadi.
dan aditya marianti. 2007).
SINTETIS
PROTEIN DI RIBOSOM
Ribosom
seperti telah kita ketahui mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam
proses perakitan polipeptida. Untuk perakitan polipeptida memerlukan pemanduan
yang diperlukan untuk menentukan apakah kodon yang terdapat pada mRNA dapat
tepat berpasangan dengan antikodon yang terdapat pada tRNA, sehingga
penerjemahannya tidak meleset. Kejadian ini difasilitasi dan dikatalisis oleh
ribosom, rRNA yang terkandung dalam ribosom akan bertindak sebagai katalisator.
Dalam proses penerjemahan ini sub unit kecil ribosom berperan mengikat mRNA,
sedangkan subunit besar berperan sebagai tempat masuk dan keluarnya tRNA untuk
membentuk ikatan polipetida.
Sebelum
membahas lebih jauh lagi tentang protein sintesis protein, maka sebagai langkah
awal kita harus mengingat dulu pengetahuan yang sudah kita peroleh tentang
pasangan kodon dan anti kodon. Molekul mRNA akan mengandung Adenin(A),
Urasil(U), Guanin(G), dan Cytosine(C). Tiga basa ini akan bergabung membentuk kodon,
misalnya UUC merupakan kodon untuk asam amino Fenilalanin (Phe), UGS untuk asam
amino Triptofan (Try). Sebagai contohnya mRNA akan menyusun kodon-kodon
tersebut dalam suatu rangkaian misalnya UGC/UUC/UGC/UUC kodon-kodon ini akan
dibaca Try-Phe-Try-Phe.
Agar dapat
diterjemahkan maka kodon-kodon tersebut harus berpasangan dengan antikodonnya.
Misalnya A akan selalu bergabung dengan U pada antikodonnya, demikian juga
sebaliknya, sedangkan G akan selalu bergabung dengan C. Jadi misalnya kodonnya
adalah UUC maka anti kodonnya adalah AAG. Kalau kodon dimiliki oleh mRNA maka
antikodon dimiliki oleh tRNA. tRNA selain memiliki antikodon juga menggandung
asam amino. Jadi misalnya kodon pada mRNA adalah UUC yang berarti harus dibaca
fenilalanin maka antikodonnya AAg yang terdapat dalam tRNA, menggandung asam
amino fenilalanin (Phe), sehingga ketika kodon dan antikodon bersatu maka asam
amino yang dibawa adalah sesuai dengan pesanan dari kodon.(Sumadi dan
aditya.2007).
Protein yang disintesis
untuk keperluan di dalam sel (misalnya enzim glikolisis) disintesis pada
poliribosom yang terdapat sebagai kelompok-kelompok terpisah di dalam plasma.
Poliribosom yang melekat pada membrane reticulum endoplasma (melalui subunitnya
yang besar) mentranslasikan mRNA yang mengode protein yang tersekuenstrasi
melalui membrane organel tersebut (Mescher. 2012).
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell.
2004. Biologi Umum. Jakarta :
Erlangga.
Dr.
Juwono, dkk. Bilogi sel buku kedokteran.
Jakarta :
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar
Junqueira: Teks dan Atlas. Edisi Keduabelas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sumadi. dan aditya marianti. 2007. Biologi Sel Edisi Pertama. Yogyakarta;
Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar