yuhuuuu I am back :D sebenarnya bingung mau posting apa maklum sekarang ni lagi sibuk2 nya ngurus si itu tuh SKRIPSWEET a.k.a skripsi hohooo...tapi aku bela-belain dulu buat posing di blog kasian blog aku yang "berdebu" hehe jarang aku liatin.
oke setelah berpikir selama lebih kurang 100 thn (umur aja bru 21 :v) aku putuskan untuk memposting laporan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang kami laksanakan selama 45 hari di desa Pulau Panas kecamatan Tanjung Sakti PUMI kabupaten Lahat Sumatera Selatan..
semoga dapat bermanfaat bagi kalian yang membutuhkan :)..
LAPORAN KEGIATAN
KULIAH
KERJA NYATA (KKN) MAHASISWA
TEMATIK POSDAYA BERBASIS MASJID AL MUHAJIRIN
ANGKATAN
KE-66 TAHUN 2016
“PEMANFAATAN
LAHAN KOSONG SEBAGAI TEMPAT PENANAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI DESA
PULAU PANAS KECAMATAN TANJUNG SAKTI PUMI KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN”
Disusun
Oleh:
Nama : Asri Arum Sari
NIM : 12222014
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Biologi
LEMBAGA
PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai gudangnya
tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000
jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang kualitasnya
setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200
species tanaman obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional.
Beberapa spesies tanaman obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru
digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang
telah mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari
Indonesia. Bahkan beberapa obat-obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di
Indonesia telah dipatenkan dan diproduksi secara besar-besaran di negara lain
sehingga memberi keuntungan yang besar bagi negara tersebut (Johnherf , 2007
dalam Anonim, 2011).
Sejak dahulu bangsa Indonesia telah
mengenal dan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
untuk menanggulangi masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal
dengan obat-obatan modernnya dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang pemanfaatan
tanaman obat tersebut merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun hingga ke generasi
sekarang, sehingga tercipta berbagai ramuan tumbuhan obat yang merupakan ciri
khas pengobatan tradisional Indonesia. Dengan demikian, selain memiliki
kekayaan hayati yang besar, pengetahuan masyarakat lokal tentang pemanfaatan
sumber daya hayati tersebut cukup tinggi. Oleh karena itu, tidaklah bijaksana
apabila pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan dengan pemanfaatan
tumbuhan obat tidak diupayakan untuk dikembangkan bagi kepentingan masyarakat
dan bangsa (Jhonherf, 2007 dalam Anonim, 2011).
Dalam memanfaatkan dan mengembangkan tanaman obat,
juga harus diperhatikan pelestarian dan perlindungannya. Pemanfaatan obat
tradisional untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan penyakit hingga saat ini
masih sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan, terutama dengan melonjaknya
biaya pengobatan dan harga obat-obatan. Adanya kenyataan bahwa tingkat
kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan semakin meningkat, sementara taraf
kehidupan sebagian masyarakat kita masih banyak yang kemampuannya pas-pasan.
Maka dari itu, pengobatan dengan bahan alam yang ekonomis merupakan solusi yang
baik untuk menanggulangi masalah tersebut. Dengan kembali maraknya gerakan
kembali ke alam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat
alam/herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatarbelakangi
perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Obat
yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih rendah
dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat herbal bersifat alamiah. Dalam
tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan diteliti secara
ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau
senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Maheswari, 2002 dalam
Anonim, 2011).
Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat
sangat luas, mulai untuk bahan penyedap hingga bahan baku industri obat-obatan
dan kosmetika. Namun, di dalam sistim pelayanan kesehatan masyarakat,
kenyataannya peran obat-obat alami belum sepenuhnya diakui, walaupun secara
empiris manfaat obat-obat alami tersebut telah terbukti. Sebagai salah satu
contoh adalah penggunaan jamu sebagai obat kuat, obat pegal linu,
mempertahankan keayuan, pereda sakit saat datang bulan dan lain-lain,
menyiratkan penggunaan jamu yang sangat luas di masyarakat. Memang disadari,
bahwa produksi jamu belum banyak tersentuh oleh hasil-hasil penelitian karena
antara lain disebabkan para produsen jamu pada umumnya masih berpegang teguh
pada ramuan yang diturunkan turun-temurun. Akibatnya, hingga saat ini obat
tradisional masih merupakan bahan pengobatan alternatif di samping obat modern.
Tetapi, hal ini bisa membuka peluang bagi pengusaha atau petani tanaman obat
untuk menjadi kan ramuan obat tradisional nya menjadi bahan pengobatan primer,
tidak hanya sebagai alternatif (Maheshwari, 2002 dalam Anonim, 2011).
Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan
perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang
terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat tradisional ini
terus meningkat untuk kebutuhan domestik atau internasional. Hal ini tentunya
juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penyerapan
tenga kerja baik dalam usaha tani maupun dalam usaha pengolahannya (Suriawiria,
2000 dalam Anonim, 2011).
Flora dan fauna serta mineral yang
berkhasiat sebagai obat harus dikembangkan dan disebar luaskan agar maksimal
mungkin dapat dimanfaatkan dalam upaya-upaya kesehatan masyarakat. Khususnya
untuk tanaman obat, penyebarluasannya dapat dilakukan melalui TOGA (Tanaman Obat
Keluarga) (Tukiman, 2004)
TOGA (Tanaman obat keluarga)
merupakan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat. Selain
sebagai sarana untuk menjaga kesehatan masyarakat, toga juga berfungsi sebagai
sarana penghijauan, sarana untuk pelestarian alam, sarana memperbaiki gizi,
sarana untuk pemerataan pendapatan, sarana penyebaran gerakan penghijauann dan
sarana keindahan pekarangan atau lingkungan (Redaksi Agromedia, 2007).
Dengan semakin tingginya biaya
pengobatan dan harga obat-obatan kimia, serta banyaknya efek sampping yang
ditimbulkan dari mengkonsumsi obat-obatan kimia, sudah saatnya masyarakat
sekarang lebih mengenal dan memanfaatkan lagi tanaman berkhasiat obat yang
tidak mempunyai efek samping yang cukup mengkawatirkan bagi pemakainya, karena
efek tanaman berkhasiat obat bersifat alamiah. Dan didasari juga dengan
kenyataan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan semakin besar,
tetapi taraf kehidupan masyarakat masih banyak yang kemampuannya pas-pasan,
maka dari itu, pengobatan dengan bahan alam yang ekonomis merupakan solusi yang
baik untuk menanggulangi masalah tersebut (Jhonherf, 2007).
Oleh karena itulah, perlu dilakukan
strategi pengembangan tanaman berkhasiat obat agar dapat bersaing dengan
obat-obatan kimia yang ada dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat akan
khasiat dan manfaat dari tanaman obat tersebut sehingga penggunaan tanaman
berkhasiat obat sebagai obat pun meningkat. Salah satu pengembangan tanaman
obat ini bisa dimulai melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Keadaan inilah yang mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai “PEMANFAATAN
LAHAN KOSONG SEBAGAI TEMPAT PENANAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI DESA
PULAU PANAS KECAMATAN TANJUNG SAKTI PUMI KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
pengamatan yang dilakukan, dapat dirumuskan dua masalah yaitu:
1. Adanya
lahan terlantar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya tanaman obat
1.3 Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
1. Meningkatkan
pengetahuan mengenai tanaman obat kepada masyarakat.
2. Meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk lebih memanfaatkan lahan untuk menjadi lebih
produktif.
b. Manfaat
1. Masyarakat
semakin sadar mengenai pentingnya tanaman obat baik dari segi manfaat, maupun
prospek pasar.
2.
Masyarakat semakin menyadari pentingnya
memanfaatkan lahan terlantar.
1.4 Metodologi Penelitian
a.
Waktu
dan Tempat
Adapun
pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dilaksanakan setiap hari minggu pagi
dimulai dari tanggal 7 Februari 2016 hingga 13 Maret 2016 di Desa Pulau Panas
Kecamatan Taanjung Sakti PUMI.
b.
Pelaksanaan Kegiatan
1. Pembersihan
Lahan TOGA
Untuk
menunjang kegiatan TOGA ini, maka lahan
untuk tanaman ini juga perlu dibersihkan karena lahan kosong ini masih berupa
semak belukar agar tanaman dapat terlihat bersih dan rapi. Maka dari itu kami
bersama warga Pulau Panas membersihkan lahan TOGA terlebih dahulu pada hari Minggu, 7
Februari 2016, pukul 08.00-12.00.
2.
Penanaman TOGA
Penanaman
TOGA sebagai percontohan pada warga agar warga tahu akan nama dan manfaat dari
tanaman obat itu, pembibitan ini dilakukan pada hari Minggu, 14 Februari 2016,
pukul 08.00-12.00.
3. Pengkaderan
TOGA
Agar tanaman
yang ada yang merawat biar tidak mati dan bisa digunakan, maka fungsi kader
dari tanaman TOGA ini sangat diperlukan. Maka pada hari Minggu, 28 Maret 2016 pengkaderan
diresmikan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Tanaman Obat
Keluarga (TOGA)
Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat
dikenal dengan nama toga. Program yang dahulu dinamai apoetik hidup ini tengah
digunakan oleh pemerintah indonesia. Istilah toga lebih mengacu kepada penataan
pekarangan. Jadi tidak berarti tanaman yang hanya tanaman hias yang berkhasiat
obat. Tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tananam
pagar, tanaman buah, tanaman sayur, atau bahkan tananam liar pun dapat ditata di
pekarangan sebagai toga. Selain sebagai bahan obat bagi anggota keluarga yang sakit,
tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk aneka keperluan sesuai dengan
kegunaan lainnya (Haris, 2014).
Toga adalah singkatan dari tanaman
obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di
halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman
yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan
obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat
disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Haris,
2014).
Untuk memperoleh pengobatan yang
ideal seorang pengobat herbal harus pandai dan cermat dalam membuat formula
tanaman obat. Formula yang digunakan dalam pengobatan haruslah sesuai dengan
kondisi pasien yang berobat.kondisi pasien sangat berkaitan dengan dosis dan
tingkat keberhasilan dalan pengobatan herbal (Haris, 2014).
Tanaman obat keluarga pada dasarnya
adalah tanaman yang ditanam di halaman rumah, kebun ataupun sebidang tanah yang
dimanfaatkan sebagai budidaya tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka
memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan. Tanaman obat keluarga juga
berfungsi sebagai pemanfaatan lingkungan di sekitar rumah dan kebun. Di era
sekarang semakin banyak keluarga yang sadar betul apa manfaat dari tanaman obat
itu sendiri (Haris, 2014).
Kalau kita kaji lebih dalam sungguh
banyak sekali khasiat dari tanaman obat keluarga tersebut. Banyak pula jenis
nya. Sebagai contoh kumis kucing, sambiloto, lidah kucing dan lidah buaya.
Tentunya tanaman obat ini sudah banyakdi ketahui khasiatnya. Mulai dari kumis
kucing yang berkhasiat sebagai obat pada penyakit pada saluran kencing seperti
infeksi ginjal, infeksi kandung kemih, kencing batu dan encok atau kita bisa
juga menanam tanaman pengusir nyamuk (Haris, 2014).
Yang dimaksud dengan TOGA adalah Taman Obat
Keluarga. Kata “Taman” menunjukakan adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai
estetika tanaman dalam hal ini tanaman obat dengan adanya pengaturan yang
sesuai dengan potensi lahan dan enak dipandang mata. Sedangkan kata “Keluarga” menunjukkan
“taman obat” ini berfungsi untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan
dibuat di lingkungan keluarga, yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di
pekarangan sekolah atau kantor (Haris, 2014).
Pekarangan biasanya memiliki luas lahan terbatas,
maka jenis tanaman obat sebaiknya dipilih yang penting dan bermanfaat untuk
keperluan menjaga kesehatan keluarga sehari – hari. Selain itu, dipilih jenis
tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menyita tempat karena ukuran tajuk
yang besar. Karena sifat pekarangan berbeda dengan kebun atau ladang, maka
pemilihan tanaman juga harus memperhatikan factor keindahan serta memperhatkan
kondisi halaman, misalnya, kontur tanah, bentuk serta adanya pohon atau
bangunan lain.Faktor paling penting dalam mengatur lahan untuk tanaman obat
adalah memperhatikan estetika (keindahan).Jangan sampai tanaman obat yang kita
tanam di halaman merusak/mengganggu pemandangan. Juga harus diperhatikan
keberadaan elemen taman lain, yaitu soft material misalnya kandang ternak,tiang
bendera, jalan tapak kolam ikan dan lain – lain.
Dewasa ini obat-obata modern sudah menjadi bagian
dari kehidupan kita sehari-hari. Obat-obatan itu dalam berbagai bentuk sudah
dijual bebas dan mudah sekali didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Akhir-akhir ini trend pengobatan modern cenderung
kembali ke tanaman obat yang digunakan secara tradisional.Ada beberapa alasan
yang mendasari kecendrungan ini. Misalnya,tanaman obat yang digunakan secara
tepat, tidak atau kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan
obat-obatan modern terutaman yang dibuat dari bahan sintesis. Alasan
lain,obat-obatan tradisional juga lebih tepat untuk digunakan sebagai penyakit
atau untuk menjaga kesehatan.
Tanaman obat merupakan salah satu sumber daya yang
sudah ada sejak dahulu kala dimanfaatkan oleh nenek moyang kita dalam upaya
mengatasi masalah kesehatan dengan menjadikan berbagai ramuan bahan tanaman
obat. Oleh karena itu pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) perlu
dikembangkan dan disebar luaskan di masyarakat terutama untuk ibu-ibu rumah
tangga. Ibu rumah tangga sangat berperan dalam masalah kesehatan, sehingga
apabila anggota keluarga ada yang sakit maka ibu rumah tanggalah yang melakukan
pencegahan pertama dalam mengatasi masalah kesehatan. Namun dewasa ini banyak kecenderungan
perubahan sikap konsumen dalam masalah mengkonsumsi obatobatan untuk kesehatan.
Kesehatan bagi kelangsungan hidup kita sangat penting sekali, karena tanpa
kesehatan kita tidak dapat melakukan berbagai aktivitas yang dapat
mempertahankan hidup di dunia ini.
2.2 Jenis-jenis Tanaman Untuk TOGA
Menurut dr. Setiawan Dalimartha
(2008) adapun jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat
keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Jenis
tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.
2. Jenis
tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
3. Jenis
tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah pemukiman.
4. Jenis
tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya: buahbuahan dan
bumbu masak
5. Jenis
tanaman yang hampir punah
6. Jenis
tanaman yang masih liar
7. Jenis
tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman adalah tanaman yang
sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau tumbuh di daerah pemukiman.
Tanaman toga ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
ramuan tradisional.Dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian
dari tanaman tersebut. Sebagai contoh tanaman toga berdasarkan bagian yang digunakan
adalah
a.
Jenis tanaman yang dimanfaatkan daunnya
1. Seledri,
manfaatnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
2. Belimbing,
digunakan untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
3. Kelor,
manfaatnya mengobati panas dalam atau demam.
4. Daun
bayam duri, manfaatnya untuk mengobati kurang darah.
5. Kangkung,
manfaatnya untuk mengobati insomia.
6. Sirih,
manfaatnya untuk menyembuhkan batuk, antiseptika, dan obat kumur.
7. Salam,
bersifat astringensia.
8. Jambu
Biji, manfaatnya untuk menyembuhkan mencret.
b. Jenis tanaman yang dimanfaatkan kulit batangnya
1. Kayu
manis dimanfaatkan untuk mengobti penyakit batuk, sesak napas, nyeri lambung,
perut kembung, diare, rematik, dan menghangatkan lambung.
2. Jeruk
nipis, kulit batangnya dapat digunakan sebgai antiseptik, sehingga bisa dipakai
bahan baku obat kumur.
Dilihat dari aspek pemanfaatannya tanaman obat
keluarga di bagi menjadi beberapa jenis,di antaranya sebagai berikut :
1.
Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan
daunya. Contohnya, Seledri, manfaatnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
2.
Jenis tanaman obat keluarga yang
dimanfaatkan batangnya. Kayu manis dimanfaatkan untuk mengobati penyakit batuk,
sesak napas, nyeri lambung, perut kembung, diare, rematik, dan menghangatkan
lambung.
3.
Jenis tanaman obat keluarga yang
dimanfaatkan akarnya.
4.
Jenis tanaman obat keluarga yang
dimanfaatkan umbinya.
2.3 Fungsi Tanaman Obat Keluaraga (TOGA)
Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk
mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara
lain meliputi:
1.
Upaya preventif (pencegahan)
2.
Upaya promotif (meniungkatkan derajat
kesehatan)
3.
Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)
Selain
fungsi di atas ada juga fungsi lainnya yaitu:
1.
Sarana untuk memperbaiki status gizi
masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil
buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak, seledri, pepaya dan lain-lain.
2. Sarana
untuk pelestarian alam. Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti
dengan upaya-upaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu
terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.
3. Sarana
penyebaran gerakan penghijauan.
4. Untuk
menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan
penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pohon misalnya pohon
asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.
5. Sarana
untuk pemerataan pendapatan.
6.
Toga disamping berfungsi sebagai sarana
untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber
penghasilan bagi keluarga tersebut.
7.
Sarana keindahan (Santoso 2008).
Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka
hal ini akan menghasilkan keindahan bagi orang/masyarakat yang ada
disekitarnya. Untuk menghasilkan keindahan diperlukan perawatan terhadap
tanaman yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah.
2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah
diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba
memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya,
termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam
tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam
khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan
upaya-upaya kesehatan masyarakat. Berbicara tentang pemanfaatan tumbuhan obat
atau bahan obat alam pada umumnya sebenarnya bukanlah merupakan hal yang
baru.Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam
sekitarnya mulai dari,baru itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam
sekitarnya untuk memenuhi keperluan kehidupannya,termasuk keperluan akan
obat-obatan dalam angka mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan
obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa zat yang berasal dari
sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam
penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Adapun pemanfaatan TOGA yang
digunakan untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut gejala umum
adalah:
1. Demam
panas
2. Batuk
3. Sakit
perut
4. Gatal-
gatal
Pengobatan tradisional atau
alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat
atau bahan yang tidak termasuk dalam standart pengobatan kedokteran modern
(pelayanan kedokteran standart) dan dipergunakan sebagai alternatif atau
pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat atau khasiat serta
mekanisme dari pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan
(Turana, 2003).
Menurut Agoes, (1992) Pengobatan
Alternatif adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran
dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang
berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. Sedangkan menurut WHO (1978),
Pengobatan Tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan
pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah
ataupun tidak dalam melakukan diagnosis, preventif dan pengobatan terhadap
ketidak seimbangan fisik, mental ataupun sosial. Pedoman utama adalah
pengalaman praktek, yaitu hasil- hasil pengamatan yang diteruskan dari generasi
ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan kata “alternatif”
untuk menyatakan pengobatan non barat yan merupakan salah satu bukti bahwa
pengobatan alternatif merupakan kearifan yang tidak berada pada posisi yang
setara dengan ilmu pengobatan modern. Pada hakekatnya, sistem pengobatan modern
dan pengobatan alternatif berjalan secara berdampingan dan saling melengkapi,
tetapi sering karena terjadi kegagalan dan keterbatasan pengobatan modern
terjadi peralihan kepada sistem alternatif (Harmanto,2004).
Sesuai dengan Keputusan Seminar
Pelayanan Pengobatan Altematif Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat dua
defenisi untuk pengobatan tradisional Indonesia (PETRIN), yaitu:
Ilmu dan seni pengobatan yang
dilakukan oleh Pengobatan Tradisional Indonesia dengan cara yang tidak
bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan,
pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan
sosial masyarakat.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai
kesembuhan, pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang
berlandaskan cara berpikir, kaidah- kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu
kedokteran modern, diwariskan secara turun temurun atau diperoleh secara
pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu
kedokteran. Dalam UU Kesehatan R.I no 23 Tahun 1992 pasal 47 tentang pembinaan,
pengawasan dan pengembangan pengobatan alternatif sehingga dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan menurut rencana pembangunan dari
Departemen Kesehatan RI tahun 1994/1995 -1998/1999 telah membuat program
pembinaan alternatif antara lain:
1. Pembentukan
12 sentra pengembangan dari penerapan pengobatan alternatif. Tugasnya
mengadakan pengkajian, penelitian, pengujian, pendidikan, pelatihan, dan
pelayanan pengobatan alternatif sebelum pengobatan tersebut diterapkan secara
luas di masyarakat atau diintegrasikan ke dalam jaringan pelayanan kesehatan
Menurut Dalimarta dalam Batubara, 2004.
2. Pengembangan
dan pembinaan obat alternatif melalui inventarisasi, penapisan dan pemanfaatan
TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
3. Pengembangan
dan pembinaan metode pengobatan alternatif.
4. Pengembangan
dan pembinaan tenaga pengobatan alternatif.
5. Pengembangan
dan pembinaan sarana pengobatan alternatif.
6. Penggalian
dan komunikasi Pusaka Nusantara melalui telaah dokumentasi pengobatan
alternatif.
7. Peningkatan
sarana penunjang program seperti penyiapan peraturan dan sistem yang ada.
8. Peningkatan
pembinaan dan pengembangan pemanfaatan obat alternatif melalui kegiatan
pembudidayaan tanaman obat.
Pengobatan alternatif adalah cara
pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu
kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun
atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dar i luar Indonesia.
Pengobatan alternatif adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan cara
alternatif untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) (Anwar,
2005).
Pengobatan alternatif sudah dikenal
jauh sebelum ilmu kedokteran modern berkembang dan pengobatan
perdukunan/ke19batinan cukup lama dilakukan dalam agama - agama suku.
Penyembuhan perdukunan/kebatinan bergantung pada konsep yang beranggapan bahwa
kesembuhan terjadi bila kita hidup sesuai dengan roh – roh di alam baka
(animisne, okultisme) atau hidup selaras dengan kekuatan semesta
(mistisime/pantheisme), kalau tidak sesuai akan celaka atau sakit (Anwar, 2005).
2.5 Manfaat Toga Terhadap Kesehatan
Lingkungan
TOGA (Tanaman Obat Keluarga) merupakan upaya untuk
meningkatkan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat. Selain sebagai sarana untuk
menjaga kesehatan masyarakat, toga juga berfungsi sebagai sarana penghijauan,
sarana untuk pelestarian alam, sarana memperbaiki gizi, sarana untuk pemerataan
pendapatan, sarana penyebaran gerakan penghijauann dan sarana keindahan pekarangan
atau lingkungan (Redaksi Agromedia, 2007). Manfaat yang dihasilkan dari tanaman
obat bagi masyarakat, dapat digolongkan menjadi tiga kategori kemanfaatan :
a.
Manfaat dari sisi Ekonomi
1. Mengurangi
efek ketergantungan penggunaan obat kimia
2. Meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat keluarga
3. Meningkatkan
kesehatan masyarakat dengan tanaman obat keluarga
b. Nilai
Tambah dari sisi Lingkungan Hidup
1. Pemberdayaan
lingkungan agar semakin indah dan asri setelah ditanami tanaman obat keluarga.
2. Mengurangi
pemanasan global dengan penanaman tanaman obat.
c.
Dampak Sosial Secara Nasional
Terciptanya pendidikan kesehatan pada masyarakat
yang notabene masyarakat khususnya dipedesaan mempunyai kemampuan dan
ketrampilan yang lebih dan perlu pelestarian dan pemberdayaan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya.
BAB
III
KONDISI
OBJEKTIF LOKASI PENELITIAN
3.1 Kondisi Geografis
Desa Pulau Panas
Desa Pulau Panas merupakan desa yang berada di
kecamatan Tanjung Sakti PUMI, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Indonesia.
Jarak dari pusat pemerintah kecamatan cukup jauh lebih kurang 10 km memiliki
wilayah seluas 20.77 km persegi dengan jumlah penduduk 512 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 141 KK.
Batas-batas
wilayah desa Pulau Panas adalaah sebagai berikut
ü Sebelah
Utara : Desa Kerinjing, Pagar Alam
ü Sebelah
Timur : -
ü Sebelah
Barat : Gunung Dempo, Pagar Alam
ü Sebelah
Selatan : Desa Sindang Panjang
3.2 Kondisi Alam dan
Potensi Fisik Desa Pulau Panas
Desa Pulau Panas memiliki lahan berupa dataran yang
dikelilingi perkebunan kopi, durian dan ada juga sayur-sayuran seperti sawi
Kehidupan masyarakat desa pulau panas adalah sebagai petani, baik itu kaum
laki-laki maupun kaum wanita. Biasanya kegiatan pertanian atau perkebunan
dilaksanakan hingga sore hari sekitar pukul 4 sore. Lahan pekarangan yang
kosong di sekitar rumah masyarakat tidak dimanfaatkan secara optimal, padahal
hal ini sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai lahan produktif, misalnya
dengan menanam tanaman obat-obatan yang berguna untuk keluarga dan juga
bernilai ekonomis sehingga dapat dipasarkan atau dijual yang pada akhirnya
tentu akan meningkatkan pendapatan petani itu sendiri sebagai pendapatan
sampingan.
Petani di desa Pulau Panas seperti dijelaskan di
atas umunya berkebun kopi, durian dan ada juga sayur-sayuran seperti sawi. Namun
untuk tanaman obat-obatan seperti temu-temuan maupun tanaman herba lainnya
jarang ditemui, padahal hal ini sangat penting untuk kebutuhan keluarga.
3.3
Kesehatan
Jumlah
sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia yang tersedia umumnya di kecamatan
Tanjung Sakti PUMI terdiri dari satu buah puskesmas, 2 buah puskesmas pembantu,
11 polindes, dan 18 buah posyandu, 1 orang prakter doter dan 11 orang praktek
bidan, sementara itu untuk di Pulau Panas sendiri hanya terdapat 1 posyandu
sehingga masyarakat harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk ke puskesmas
karena mengingat puskesmas hanya berada di kecamatan.
BAB
IV
PEMBAHASAN
TOGA atau tanaman obat keluarga adalah jenis tanaman yang
bisa digunakan untuk rempah-rempah atau
obat-obataan tradisional yang biasanya ditanam di pekarangan rumah. Tanaman
Obat Keluarga sangat penting ditengah-tengah kehidupan masyarakat petani.
Fungsinya yang bermacam-macam misalnya saja untuk memenuhi kebutuhan obat
keluarga secara tradisional. Obat-obatan tradisional ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, apalagi pada masa sekarang ini masyarakat sudah mengetahui bahaya
mengkonsumsi obat-obatan kimia atau sintetik yang membahayakan manusia, baik
dari segi fisik maupun mental masyarakat. Manusia dibuat menjadi ketergantungan
dengan obat-obatan kimia atau sintetik itu. Sedangkan masyarakat dunia pada
saat ini mengupayakan kembali kepada produk-produk alami yang dikenal kemudian
dengan istilah “Back to Nature”.
Dengan meliahat potensi yang ada di Desa Pulau Panas maka
pola pikir masyarakat yang selama ini enggan atau ragu-ragu untuk menanam
tanaman obat di pekarangan rumah disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya tanaman obat, dan juga kurang mengetahui kebutuhan pasar yang sangat
potensial jika diproduksi dalam jumlah yamng cukup besar. Tanaman obat ini
relatif mudah untuk dibudidayakan, apalagi mengingat kemampuan petani dalam hal
budi daya tanaman cukup bagus.
Menurut Salan (2009), kecenderungan meningkatnya penggunaan
obat tradisional didasari oleh beberapa faktor, yaitu:
- Pada umumnya, harga obat–obatan buatan pabrik yang sangat mahal, sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah.
- Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik.
- Kandungan unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern. Artinya, pembuatan obat–obatan pabrik menggunakan rumus kimia yang telah disentetis dari kandungan bahan alami ramuan tradisional.
Dengan pemanfaatan lahan perkarangan ini banyak sekali
keuntungan yang kita dapatkan baik itu menjaga kebersihan lingkungan rumah,
mendapatkan kesejukan dan keindahan perkarangan bisa membantu tetangga jika
membutuhkan rempah atau obat yang bermanfaat tersebut dan jika memungkinkan
daripemanfaatan perkarangan tersebut dapat menambah pemasukan keuangan
keluarga. Dari banyak keuntungan pembuatan kebun (TOGA) tersebut yang paling
utama adalah terjaganya kebersihan dan keindahan pekarangan dan tercukupinya
kebutuhan obat dan rempah bagi keluarga sehingga pemakaian obat kimia akan
dapat dikurangi dan pekarangan yang selama ini tidak termanfaatkan secara baik
akan dapat menghasilkan kebutuhan yang kita butuhkan.
Dengan adanya penggalakan Tanaman Obat Keluarga ini mudah-mudahan
masyarakat sadar akan pentingnya penggunaan lahan pekarangan yang kosong untuk
tanaman yang berkhasiat obat dan bernilai ekonomis ini. Dari situasi desa dapat
dilihat bahwa tanaman-tanaman obat belum di tanam secara baik ditempat tertentu
tetapi masih ditanam sembarang hanya ketika perlu baru dicari. Diharapkan dengan
adanya penggalakan Tanaman Obat Keluarga ini mudah-mudahan masyarakat sadar
akan pentingnya penggunaan lahan pekarangan yang kosong untuk tanaman yang
berkhasiat obat dan bernilai ekonomis ini.
Adapun kegiatan yang dilakukan ialah pembersihan lahan
terlebih dahulu karena lahan masih berupa semak belukar pembersihan ini penting
agara lahan terlihat rapi dan bersih, pembersihan dilakukan oleh warga Pulau
Panas beserta mahasiswa KKN Kelompok 216 setelah lahan bersih lahan tersebut
didiamkan selama satu minggu kemudian baru dilakukan penanaman TOGA.
Adapun jenis tanaman obat keluarga yang ditanam di desa
Pulau Panas, diantaranya kunyit, jahe, lengkuas, jeruk kunci, bawang merah.
Khasiat dari tanaman tersebut menurut beberapa sumber diantaranya kunyit
berfungsi sebagai obat sakit maag, menghilangkan panas dan racun, memperhalus
kulit, selanjutnya jahe untuk obat sakit asma, menghangatkan badan, mengobati sakit
pinggang, muntah, dan nyeri otot,
kemudian lengkuas berfungsi untuk mengobati panu,
serta bersifat antifungi dan anti bakteri.
Untuk tanaman jeruk
nipis berfungsi sebagai antiseptik, sehingga dapat dipakai sebagai obat kumur, mengobati
penyakit demam, batuk kronis, kurang darah, menghentikan kebiasaan merokok, menghilangkan bau badan,
menyegarkan tubuh, dan memperlancar buang air kecil,kemudian bawang merah berfungsi untuk menurunkan tekanan darah, mencegah danmengobati penyakit diabetes, menghancurkan racun serta partikel lain di dalam
usus, menetralkan kolesterol dan masih banyak lagi.
Untuk menjaga supaya apa yang telah disampaikan tetap
berjalan dan berkesinambungan diharapkan masyarakat bisa lebih mengerti dan
dapat memanfaatkan tanaman obat tersebut dengan baik. Dapat dikonsumsi sendiri
sebagai obat bila diperlukan oleh masyarakat. Perawatan TOGA di harapkan dapat
dipelihara secara baik agar dapat terus tumbuh dan berkembang.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari seluruh kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang
dilaksanakan oleh pelaksana di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti PUMI
Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan adalah dapat terlaksana dengan baik dengan
adanya dukungan dari masyarakat. Meskipun terdapat beberapa faktor kendala baik
secara teknis maupun non teknis, namun semuanya itu dapat dilalui berkat
bantuan dari masyarakat dan teman-teman KKN. Dari semua cakupan kegiatan yang
tersebut diatas hanyalah sebagai alat mahasiswa KKN untuk bersosialisasi dengan
masyarakat. KKN ini adalah sebuah wadah pelatihan mahasiswa untuk hidup
bermasyarakat kelak nantinya.
Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan
jalan alternatif bagi masyarakat agar masyarakat lebih sadar dan mengerti akan kegunaan
dari tanaman obat itu sendiri. Karena dengan mereka tahu dan mengerti akan
fungsi dan kegunaan tanaman obat itu, maka mereka bisa memanfaatkan tanaman
obat tersebut untuk beberapa macam penyakit sesuai dengan yang dirasakannya.
Dan bila mereka mulai mengerti akan khasiat dari obat tersebut, kalau dilihat
dari sisi ekonomi akan lebih memudahkan dan murah karena tidak harus pergi ke
warung atau apotek saat sedang sakit
Berlangsungnya kegiatan KKN memang masih dianggap
perlu. Oleh sebab itu untuk kedepannya KKN tetap dipertahankan karena terbukti
memberikan manfaat dan pengalaman secara langsung maupun tidak langsung bagi
masyarakat maupun bagi mahasiswa itu sendiri. Penyuluhan dan pelatihan yang
telah diberikan berdasarkan kemampuan yang didapat mahasiswa melalui
pembelajaran di bangku perkuliahan. Untuk menjaga supaya apa yang telah
disampaikan tetap berjalan dan berkesinambungan saran dari penulis adalah
diharapkan masyarakat bisa lebih mengerti dan dapat memanfaatkan tanaman obat
tersebut dengan baik dan tanaman obat tersebut dapat juga digunakan sebagai
ajang bisnis dengan membuat herbal. Dapat dikonsumsi sendiri sebagai obat bila
diperlukan oleh masyarakat. Perawatan TOGA di harapkan dapat dipelihara secara
baik agar dapat terus tumbuh dan berkembang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2011. Toga. Website:http://eprints.
usu.ac.id/1222/6/ 2011-2-13201-811408029-bab2-2212013123159.pdf. Diakses
pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2016 pukul 10.00 WIB
Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Data Kependudukan dari Kecamatan Tanjung Sakti
PUMI
Fattah, Rivannada . 2010. Penanaman TOGA.
Website: http:// kkn. dppm. uii. ac. id/
files/2011/05/22-02-41-1011-07-311-010.pdf. Diakses pada hari Jumat tanggal 25
Maret 2016 pukul 10.40 WIB.
Haris.
2014. Tanaman Obat Keluarga. Website:http://eprints.
ung.ac.id/1765/6/ 2012-2-13201-811408029-bab2-22012013123159.pdf.
Diakses pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2016 pukul 20.00 WIB
Salan,
Rudy. 2009. Penelitian Faktor-faktor
Psiko-Sosio-Kultural dalam Pengobatan Tradisional pada tiga daerah, Palembang,
Semarang, Bali. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat
Penelitian Kanker dan Pengembangan Radiologi, Departemen Kesehatan RI.
Tukiman.
2004. Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Toga) Untuk Kesehatan
Keluarga. Website: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-tukiman.pdf.
Diakses pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2016 pukul 20.40 WIB.