Sabtu, 28 Maret 2015

MAKALAH PRODUK FERMENTASI PANGAN (ALKOHOL)



MAKALAH MIKROBIOLOGI PANGAN
MIKROBIOLOGI PRODUK FERMENTASI ALKOHOL



OLEH:
KELOMPOK
1.      ALDI RAMADONA      (12222006)
2.      ASRI ARUM SARI       (12222014)
3.      FITRIA SANY               (12222039)

DOSEN PEMBIMBING:
AWALUL FATIQHIN, M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)  RADEN FATAH
PALEMBANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Fermentasi alkohol pertama kali dipelajari oleh ahli kimia bangsa Perancis, Lavoiser pada tahun 1789 yang pada waktu itu terjadi secara alami. Produksi etanol oleh mikrobia selama proses fermentasi pada substrat gula atau bahan berpati telah ada sejak zaman dahulu kala. Berbagai jenis makanan dan minuman yang diproduksi melalui proses fermentasi telah lama dikenal dan banyak digemari. Pada awalnya alkohol hanya dikenal sebagai minuman dengan konsentrasi etanol relatif rendah sesuai dengan etanol yang dihasilkan selama fermentasi misalnya pada anggur maupun bir.
Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktifitas energi yang dihasilkan oleh mikrobia. Fermentasi alcohol maksudnya untuk menyatakan semua kegiatan mikrobia secara aerob maupun anaerob yang menghasilkan suatu proses perubahan kimia spesifik pada substrat organik. Pada proses fermentasi ini, gula yang terdapat di dalam perasan akan dirombak oleh sel khamir menjadi alkohol dan gas CO2. Vinifikasi merupakan proses pembuatan anggur (wine) secara biologis yang melibatkan serangkaian proses biokimiawi yang kompleks. Proses ini melibatkan peran sejumlah enzim dari beberapa mikroorganisme yang secara alami hidup pada buah anggur khususnya khamir, yang banyak berperan pada terbentuknya etanol melalui proses fermentasi primer (Moreno et al., 2005).
Khamir pada awalnya lebih diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi. Khamir merupakan salah satu jenis mikrobia yang paling efektif sebagai penghasil alkohol. Walaupun ternyata ditemukan pula beberapa bakteri dan jamur yang juga mempunyai kemampuan menghasilkan alkohol (Rahayu & Rahayu, 1998). Untuk itu dilakukan penyusunan makalah mengenai fermentasi alcohol agar kita semua dapat memahami reaksi kimia dari proses fermentasi alcohol.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Fermentasi
Arti kata fermentasi selama ini berubah-ubah. Kata fermentasi berasal dari Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan bergelembung atau mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian. Gelembung-gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme anaerobik terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai arti yang berbeda bagi ahli biokimia dan mikrobiologi industri. Arti fermentasi pada bidang biokimia dihubungkan dengan pembangkitan energi oleh katabolisme senyawa organik. Pada bidang mikrobiologi industri, fermentasi mempunyai arti yang lebih luas, yang menggambarkan setiap proses untuk menghasilkan produk dari pembiakan mikroorganisme (Suprihatin, 2010).
Perubahan arti kata fermentasi sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah pada saat Gay Lussac berhasil melakukan penelitian yang menunjukkan penguraian gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Selanjutnya Pasteur melakukan penelitian mengenai penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim (Suprihatin, 2010).
Untuk beberapa lama fermentasi terutama dihubungkan dengan karbohidrat, bahkan sampai sekarang pun masih sering digunakan. Padahal pengertian fermentasi tersebut lebih luas lagi, menyangkut juga perombakan protein dan lemak oleh aktivitas mikroorganisme. Meskipun fermentasi sering dihubungkan dengan pembentukan gas yang disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup, pada saat ini pembentukan gas maupun terdapatnya sel mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria yang esensial. Dalam beberapa proses fermentasi misalnya fermentasi asam laktat, tidak ada gas yang dibebaskan. Fermentasi dapat juga berlangsung (meskipun jarang terjadi) dengan menggunakan ekstrak enzim yang berfungsi sebagai katalisator reaksi (Suprihatin, 2010).
Dari uraian diatas dapat disarikan bahwa fermentasi mempunyai pengertian suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Untuk hidup semua mikroorganisme membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana mikroorganisme berada di dalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa (Suprihatin, 2010).
Dengan adanya oksigen beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida, dan sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Ini adalah metabolisme tipe aerobik. Akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian yang dipecah. Bukan air, karbondioksida, dan sejumlah besar energy yang dihasilkan, tetapi hanya sejumlah kecil energi, karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik organik lain yang dihasilkan. Zat-zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam asetat, dan etanol, serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol dan ester dari alkohol tersebut. Pertumbuhan yang terjadi tanpa adanya oksigen sering dikenal sebagai fermentasi (Suprihatin, 2010). 

2.2 Fermentasi Alkohol
Setelah air, alcohol merupakan zat pelarut dan bahan dasar paling umum yang digunakan di laboratorium dan di dalam industri kimia. Aspek-aspek mikrobiologis dalam proses pembuatan etil alcohol dapat dirangkumkan sebagai berikut:
Substrat: Etil alcohol dapat dibuat dari karbohidrat apa saja yang dapat difermentasi oleh khamir. Apabila pati-patian seperti jagung dan karbohidrat kompleks yang lain dipergunakan sebagai bahan mentah, maka pertama-tama bahan tersebut perlu dihidrolisis menjadi gula sederhana yang dapat difermentasikan. Hidrolisis tersebut dapat dilakukan dengan bantuan enzim dari “barley malt” (biji sejenis gandum yang telah direndam, dikecambahkan, dan dikeringkan) atau kapang atau dengan pemanasan bahan yang telah diasamkan. Beberapa bahan mentah umum yang digunakan sebagai subsrat diseluruh dunia ialah jagung, tetes (molasses), bit gula, kentang, beras, dan buah anggur.
Organisme: galur-galur terpilih Saccharomyces cerevisae (biasanya digunakan untuk fermentasi ini). Kultur yang dipilih harus dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang tinggi  terhadap alcohol serta mampu menghasilkan alcohol dalam jumlah banyak. Telah dicurahkan perhatian terhadap seleksi dan pengembangan galur-galur khamir yang unggul dalam ciri-ciri tersebut.
Reaksi:

C6H12O6 + khamir                      2C2H5OH + 2CO2


Fermentasi etanol dilakukan baik oleh eukariota maupun prokariota. Eukariota yang paling sering dipakai sebagai fermentator etanol adalah khamir (Saccharomyces spp.). Prokariota yang sering digunakan dalam fermentasi etanol adalah Pseudomonas dan Zymomonas mobilis.
2.2.1   Fermentasi Etanol oleh Khamir (Saccharomyces cerevisae)
Khamir adalah organisme eukarotik, khamir adalah organisme uniseluler (bersel tunggal). Sel eukariotik secara umum mempunyai ukuran 200-100 mm lebih besar daripada sel prokariotik yang berukuran 1-10 mm. Sel eukariotik mempunyai sel yang kaku, dengan membrane plasma yang tipis. Dinding sel tidak mempunyai mukopeptida dan terdiri atas karbohidrat dan membrane plasma. Sitoplasma dapat bergerak dan mengandung organel (mitokondria, vakuola) yang diselimuti oleh membrane. Tipe ribosom sel eukariotik adalah 80S yang terdapat dalam reticulum endoplasma. DNA eukariotik adalah linier (kromosom) mengandung histon dan diselimuti oleh membrane inti. Pembelahan sel dilakukan secara mitosis pada reproduksi aseksual dan miosis pada reproduksi seksual (Sopandi, 2014).
Khamir berdistribusi secara luas di alam. Sel dapat berbentuk oval, bulat atau panjang dengan ukuran sekitar 5-30 sampai 2-10 mm. Sel khamir nonmotil, dinding sel mengandung glikan (polisakarida), protein dan lipid. Dinding sel dapat mempunyai bekas luka yang mengindikasikan tempat pembentukan kuncup (budding). Membrane berada dibawah dinding sel. Sitoplasma mempunyai granular halus ribosom dan organel. Inti diselimuti oleh membrane inti (Sopandi, 2014).
Khamir berperan penting dalam pangan karena dapat menyebab kerusakaan. Beberapa khamir juga digunakan dalam pengolahan pangan secara biologi dan digunakan untuk memproduksi aditif pangan. Saccharomyces merupakan khamir yang mempunyai bentuk sel bervariasi, mulai dari bulat, oval atau memanjang. Saccharomyces merupakan genus khamir paling penting dan mempunyai kelompok heterogenus. Saccharomyces cerevisiae digunakan dalam pengembangan roti dan fermentasi untuk produksi alcohol. Khamir ini juga dapat menyebabkan kerusakan pangan, produksi alcohol dan CO2. Pichia mempunyai bentuk sel bervariasi mulai dari oval hingga silidris dan dapat menyebabkan kerusakan pada minuman bir, wine (minuman anggur) dan air garam. Beberapa Pichia juga digunakan dalam fermentasi pangan. Contoh spesies penting adalah Pichia membranaefaciens (Sopandi, 2014).
Khamir Saccharomyces cerevisae menggunakan jalur EMP dalam memfermentasikan glukosa menjadi etanol pada kondisi netral atau sedikit asam dan anaerob. Pada kondisi mikroaerofil S.cerevisiae melakukan respirasi. Pada kondisi tersebut 10 % glukosa biasanya direspirasi menjadi CO2. Fermentasi etanol oleh S.cerevisiae menghasilkan etanol kurang dari 50%. Pada kondisi aerob khamir melakukan respirasi (Purwoko, 2007).
Terdapat perubahan produk pada fermentasi etanolakibat perubahan kondisi media. Jika pada media terkandung natrium sulfit, maka menghasilkan gliserol sebagai produk yang dominan. Hal itu karena asetaldehid terjerat oleh sulfit, sehingga menjadi bisulfit (Purwoko, 2007).
Pada kondisi itu asetaldehid tidak dapat menjadi akseptor electron bagi NADH, sehingga gliserol fosfat berperan sebagai akseptor elektreon bagi NADH dan gliserol fosfat diubah menjadi gliserol. Reaksi secara keseluruhan sebagai berikut.
C6H12O6    +      HSO3-                          C3H8O3 + CO2  +  C2H4O-HSO3-
(Glukosa)                  (sulfit)                              (gliserol)                       (asetaldehidbisulfid)
Jika media dalam kondisi alkali, terdapat perubahan komposisi produk. Pada kondisi alkali glukosa akan diubah menjadi gliserol, etanol, asetat, dan CO2. Pada kondisi alkali maka asetaldehid ak12an dioksidasi menjadi asetat dan NADH. NADH dipakai untuk mereduksi asetaldehid lainnya menjadi etanol. NADH hasil oksidasi glukosa  menjadi dua (2) asetaldehid digunakan untuk mereduksi dihidroksiaseton fosfat menjadi gliserol fosfat, kemudian menjadi gliserol.
Glukosa+ 2 NAD + menjadi 2 asetaldehid + 2 NADH +2 H+ + 2 CO2
2.2.2    Fermentasi Etanol Oleh Zymomonas mobilis
Zymomonas mobilis merupakan prokariota obligat fermentative dan mampu memfermentasi glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida. Glikolisis glukosa menjadi piruvat melalui jalur Entner Doudoroff. Etanol diperoleh dari dekarboksilasi piruvat menjadi asetaldehid dan reduksi asetaldehid menjadi etanol. Pada fermentasi alcohol dihasilkan produk sampingan, yaitu karbon dioksida. Karena berat molekul etanol dan karbon dioksida relative sama, maka efisiensi produksi etanol dari glukosa adalah 50% (Purwoko, 2007).
Menurut Purwoko (2007), beberapa keuntungan fermentasi etanol dengan menggunakan Zymomonas mobilis dibandingkan S.cerevisiae sebagai berikut
1.      Efisiensi produksi etanol dapat meningkat sampai mendekati 50%.
2.      Produksi etanol relative cepat, karena Zymomonas mobilis mempunyai piruvat dekarboksilase leboh banyak, sehingga dengan cepat piruvat didekarboksilasi menjadi asetaldehid, kemudian menjadi etanol.
3.      Produk samping relative sedikit, itu pun hanya didominasi oleh CO2. Hal itu karena Zymomonas mobilis merupakan bakteri obligat fermentative.
4.      Produksi etanol dalam media mampu mencapai 40%. Hal itu karena toleransi Zymomonas mobilis yang tinggi terhadap musuh.

2.3    Beberapa Jalur dalam Fermentasi Alkohol
Monosakarida difermentasi oleh mikroba anaerobic dan fakultatif anaerobic melalui 5 jalur utama. Selain itu, beberapa jalur lain juga dilakukan oleh beberapa jenis mikroorganisme (Sopandi, 2014).
 Menurut Sopandi (2014), berikut ini merupakan beberapa fermentasi monosakarida oleh mikroorganisme:
1.      Jalur Embeden-Meyerhoff-Parnas (EMP)
Jalur metabolisme EMP dilakukan oleh bakteri asam laktat homofermentatif, Enterococcus faecalis, Bacillus spp., dan khamir

Heksosa monofosfat lain masuk kedalam jalur EMP dengan berbagai tahapan yang berbeda, kebanyakan sebelum fruktosa difosfat (Sopandi, 2014).
2.      Jalur Entner-Doudroff (ED)
Jalur ED dilakukan oleh Pseudomonas spp


2.4    Produk Fermentasi Alkohol
Bir, rum, wiski, anggur, dan minuman beralkohol lainnya merupakan produk fermentasi khamir. Produk tersebut berbeda satu dengan yang lain karena bahan mentah dan galur khamir yang digunakan juga berbeda. Misalnya, rum adalah produk fermentasi jagung dan/atau gandum hitam (rye), sedangkan anggur adalah produk fermentasi sari buah anggur. Pada setiap contoh tersebut, digunakan khamirdari genus Saccharomyces untuk memfermentasi substratnya. Perusahaan-perusahaan amat berhati-hati di dalam usahanya untuk mengembangkan galur-galur khamir khusus yang dapat menghasilkan produk bermutu tinggi (Pelczar, 1988)
Hampir semua minuman keras beralkohol, pada kenyataannya merupakan produk fermentasi khamir dari ekstrak air serealia. Bir dan minuman-minuman keras dibuat dari jelai (barley) yang bertunas dan air serta diberi flavor dengan bunga betina dan tanaman hop. Tahapan pertama dalam produksi bir adalah membuat jelai bertunas. Hal ini dilakukan dengan merendam biji jelai dalam air 2 sampai 4 kali dengan penirisan setiap kali. Pengelolaan ini dikenal sebagai perendaman (steeping) jelai dan bila dilakukan pada suhu 10º sampai 15ºC memakan waktu sekitar 2 sampai 3 hari. Selama perendaman biji-biji menyerap air dan apabila kadar airnya mencapai 40-50%, kemudian biji ini ditebarkan dilantai dengan ketebalan sekitar 10 cm sampai 20 cm. penyerapan air menyebabkan pertumbuhan biji yang dapat dipercepat dengan penambahan hormone perangsang pertumbuhan tanaman, gibberellins dengan kadar 1 ppm. Setelah kurang lebih 4 hari kecambah mulai Nampak dari biji-biji jelai dan sebelum sempat untuk tumbuh selanjutnya, biji-biji jelai ini yang sekarang disebut malt dikeringkan dengan pemanasan. Selanjutnya malt tersebut dipecah secara hati-hati dengan mesin (brewing) yang selanjutnya dikenal sebagai pencampuran (mashing). Malt yang pecah disebut jelai giling (grist) (Buckle, 2013).
Tujuan dari mashing ini adalah untuk mengeluarkan zat-zat yang larut dari jelai (malt) terutama zat pati yang dirusak oleh enzim amylase dan menghasilkan maltose. Protein malt dan polisakarida lainnya juga dikeluarkan dan ini dapat mempengaruhi mutu akhir bir (bentuk, flavor, kemantapan) yang tergantung samapai sejauh mana pemecahannya akibat kerja enzim. Pencampuran dilakukan dengan mencampur grist dengan air dan dibiarkan dengan pengadukan perlahan-lahan pada suhu antara 50ºC dan 60ºC selama 1 sampai 3 jam. Suhu sekitar 65º sampai 70ºC menyebabkan pemecahan zat pati menjadi maltose sedang suhu yang lebih rendah memungkinkan pemecahan beberapa protein yang diekstrak dan polisakarida lainnya. Suhu, waktu dan bentuk dari pencampuran berbeda-beda dari satu tempat ketempat lainnya (Buckle, 2013).
Tujuan utama adalah menghasilkan suatu ekstrak yang berkadar maltose cukup untuk fermentasi dan menghasilkan alcohol dan juga sedikit zat-zat gizi lainnya yang mengandung nitrogen agar khamir dapat tumbuh. Setelah pencampuran, ekstrak larutan yang sekaarang disebut wort dialirkan keluar dari malt yang telah diekstraksi dan dimasak. Hops ditambahkan saat pemasakan ini yang akan mengeluarkan minyak-minyak essensial dan resin (flavor pahit), membuat enzim malt yang telah diekstraksi menjadi tidak aktif dan mengumpulkan beberapa protein yang terekstrasi. Wort yang dimasak kemudian didinginkan dan setelah diendapkan dan bahan-bahan tak larut dipisahkan, kemudian dipindahkan ke tong-tong fermentasi (Buckle, 2013).
Wort ini mula-mula dialiri udara, diinokulasi dengan khamir bir dan dibiarkan fermentasi terjadi. Pengaliran udara mula-mula ditunjukkan untuk merangsang pertumbuhan khamir, meningkatkan sejumlah sel khamir dan menyebabkan sintesa enzim khamir yang memungkinkan penyerapan dan metabolism maltose. Keadaan dalam tempat fermentasi bertahap menjadi anaerobic dan fermentasi alcohol mulai terjadi. Tergantung dari macam bir yang akan dihasilkan, fermentasi dapat berlangsung antara 4 samapi 8 hari (Buckle, 2013).
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir “permukaan” (top yeast) dan selama fermentasi terbawa ke permukaan dari bir yang sedang difermentasi oleh gelembung-gelembung karbondioksida yang oleh karenanya memproduksi bagian atas yang mengandung klhamir (yeasty head). Hal ini digunakan pada pembuatan bir secara tradisional yaitu tipe ale. Bir ini biasanya berwarna lebih gelap dan menggunakan malt yang sangat kering. Saccharomyces carlsbergensis sekarang disebut Saccharomyces uvarum adalah khamir “bahwa” (bottom yeast) dan berada di dasatr tong fermentasi. Ini dipakai dalam pembuatan bir secara tradisional untuk bir tipe lager. Bir ini biasanya berwarna lebih terang daripada tipe ale karena penggunaan malt yang kurang dikeringkan. Bir lager ini biasanya difermentasi pada suhu sekitar 5º sampai 10ºC sedang bir tipe ale seringkali difermentasi pada suhu antara 10º sampai 20ºC. perbedaan antara khamir “permukaan” dan “bawah” serta ale dan lager menjadi kurang penting dengan perkembangan terakhir ilmu dan teknologi pembuatan bir (Buckle, 2013).
 Pada akhir fermentasi, khamir dihilangkan melalui pengendapan, centrifuge dan penyaringan. Bir disimpan dalam tong-tong penyimpanan untuk pematangan selama 1 sampai 4 minggu pada suhu rendah (5ºC). Setelah waktu tersebut, bir dimasukkan kedalam tong kecil (cast), botol atau kaleng dipasterurisasi dengan pemanasan pada 68ºC untuk beberapa detik sebelum dipasarkan (Buckle, 2013).
Minuman keras yang disebut sprits atau distilled liquors adalah yang dihasilkan melalui penyulingan produk fermentasi beralkohol. Whiskey adalah hasil penyulingan campuran biji-bijian yang telah di fermentasikan. Misalnya whiskey rye adalah hasil penyulingan campuran biji-bijian rye yang telah difermentasi. Scotch whiskey adalah hasil penyulingan jelai yang difermentasi dan bourbon dari campuran jagung. Rum adalah hasil penyulingan tebu, sirup atau tetes (molase) yang difermentasi. Untuk produk ini galur khusus dari Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk menghasilkan alcohol dalam jumlah banyak. Brandy adalah penyulingan anggur yang terbuat dari buah anggur (grape wine) (Buckle, 2013).
Anggur adalah hasil fermentasi alcohol oleh khamir terhadap gula-gula, glukosa dan fruktosa yang terdapat dalam buah anggur atau buah-buahan lainnya. Khamir anggur dapat tumbuh dengan baik pada keadaan sangat asam (pH 3 sampai 4) dalam sari buah anggur dan dapat tahan pada kadar alcohol 10% atau lebih dan tahan terhadap sulfurdioksida yang ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Anggur dari buah anggur dapat berwatrna merah atau putih. Anggur merah diperoleh dari hasil fermentasi buah anggur jenis warna merah atau jingga dan difermentasi bersama kulitnya yang mengandung zat warna merah (pigmen-pigmen merah). Anggur putih dibuat dari buah anggur jenis warna putih atau sari buah yang dikeluarkan dari jenis-jenis anggur lainnya dan difermentasi tanpa kulit (Buckle, 2013).
Dalam menghasilkan anggur merah, buah anggur dipanen dan dihancurkan untuk mengeluarkan sari buah yang mengandung gula. Kalium atau natrium metabisulfit ditambahkan pada anggur yang dihancurkan yang disebut lumut (must) untuk member kira-kira 100 ppm sulfurdioksida untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan khamir liar. Apabila dibiarkan begitu saja maka lumut anggur ini dapat mengalami fermentasi secara alamiah yang terjadi akibat kerja khamir yang umumnya sudah terdapat pada buah anggur itu sendiri. Biasanya galur khusus dari Saccharomyces cerevisiae diinokulasi ke dalam lumut anggur ini untuk menghasilkan fermentasi yang diharapkan. Keadaan dalam lumut  anggur segera menjadi anaerobic yang memungkinkan fermentasi alcohol terjadi. Suhu fermentasi sekitar 20ºC sampai 25ºC dan berlangsung selama beberapa minggu (Buckle, 2013).
Kadar alcohol naik sampai sekitar 10 sampai 15% dan membantu mengeluarkan zat warna (pigmen) merah dari kulit buah anggur untuk member warna merah pada anggur. Bubur buah anggur yang tidak larut biasanya terapung ke permukaan tong fermentasi. Setelah fermentasi selesai anggur dikeluarkan dan dimatangkan dalam tong-tong kayu dimana flavor selanjutnya akan terbentuk. Anggur putih dubuat dengan cara yang sama kecuali kulit dan bubur anggur dipisahkan dari sari buah anggur sebelum fermentasi dan suhu dari fermentasi biasanya dipertahankan pada suhu di antara 10º sampai 15ºC (Buckle, 2013).








BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah yang telah dibuat bahwa, fermentasi mempunyai pengertian suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Untuk hidup semua mikroorganisme membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana mikroorganisme berada di dalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa  Fermentasi etanol dilakukan baik oleh eukariota maupun prokariota. Eukariota yang paling sering dipakai sebagai fermentator etanol adalah khamir (Saccharomyces spp.), contoh produk yang dihasilkan diantaranya anggur, cider, tape, dan minuman berlkohol lainnya. Sedangkan pada prokariota yang sering digunakan dalam fermentasi etanol adalah Pseudomonas dan Zymomonas mobilis.














DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A. 2013. Ilmu Pangan Cetakan pertama. Jakarta: UI-Press
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI-Press
Purwoko, Tjahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara
Sopandi, Tatang dan Wardah. 2014. Mikrobiologi Pangan - Teori dan Praktik. Yogyakarta: ANDI.

Suprihatin, 2010. Teknologi Fermentasi. Website: http:// eprints. upnjatim. ac.id /3161/2/fermentasi.pdf. Diakses pada hari Jum’at tanggal 20 Maret 2015 pukul 13.00 WIB.