Rabu, 05 Juni 2013

Makalah Lisosom dan Retikulum Endoplasma



RETIKULUM ENDOPLASMA DAN LISOSOM

Ketika membahas membrane sel, pada bagian sitrosol dari sel terdapat lipatan-lipatan akibat invaginasi maupun evaginasi berulang-ulang dari membrane sel. Lipatan-lipatan ini membentuk kompartemen-kompartemen atau ruangan-ruangan didalam sitoplasma. Ruangan-ruangan ini disebut organela. Terdapat tujuh organela didalam sel hewan dan delapan sel organela didalam sel tumbuhan. Organela-organela ini memiliki fungsi dan aktifitas yang berbeda-beda, dan ditujukan untuk mendukung kehidupan sel. Dalam materi ini kita akan membahas organela retikulum endoplasma dan lisosom dalam satu sel.
A.           Retikulum Endoplasma
Organel ini diketemukan oleh Porter dan kawan-kawan pada tahun 1945 dan merupakan bangunan yang berbentuk ruangan-ruangan berdinding membran dan saling berhubungan membentuk anyaman. Masing-masing ruangan retikulum endoplasma ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda
Dan pada dasarnya dibedakan menjadi tiga macam  jenis yaitu: (Juwono dan Juniarto, 2012).
1.      Sisterna, yaitu berbentuk ruangan gepeng yang kadang-kadang tersusun berlapis-lapis dan saling berhubungan.
2.      Tubuler, yaitu ruangan berbantuk tabung atau saluran.
3.      Vesikuler, yaitu ruangan berbentuk seperti gelembung yang lepas satu sama lain.
a.      Struktur Molekular Retikulum Endoplasma.
Reticulum endoplasma (RE) apabila diamati tampak berupa lembaran yang berlipat-lipat, mengelilingi suatu ruangan yang disebut lumen atau sisterna yang berbentuk labirin. Reticulum endoplasma terdiri atas tubulus-tubulus, vesikel dan kantong-kantong pipih yang menempati ruang sitoplasma. Membran RE bersifat kontinyu dan tidak terputus serta tertutup membentuk lumen yang memisahkan dengan lingkungan sitoplasma. Reticulum endoplasma terdiri dari dua bentuk: (Sumadi dan Aditya, 2007)


1.      Reticulum Endoplasma Kasar.
Banyak dijumpai didalam sel yang dikhususkan untuk sekresi protein, tersusun dari tumpukan sisterna gepeng yang menyerupai kantong, dan dibatasi oleh membran yang berhubungan langsung dengan membran luar selubung inti. Disebut reticulum endoplasma kasar karena terdapat poli ribosom pada permukaan sitosol di membrane reticulum endoplasma tersebut. Fungsi utama reticulum endoplasma kasar adalah memisakan protein yang tidak diperuntukkan untuk sitosol. Fungsi lainnya yaitu sebagai tempat melekatnya ribosom, sisntesis fosfolipid, perakitan protein dengan banyak rantai dan glikosilasi awal (inti) glikoprotein. (Mescher, 2012)
2.      Retikulum endoplasma halus
Pada reticulum endoplasma halus tidak terdapat poliribosom yang melekat. Jumlah retikulum ini lebih sedikit dari pada reticulum endoplasma kasar tetapi berhubungan secara kontinyu dengan reticulum endoplasma kasar. reticulum endoplasma halus mengandung reticulum yang berhubungan dengan sejumlah kemampuan fungsional khusus. Peran utamanya adalah sintesis berbagai molekul fosfolipid yang menyusun semua membrane sel. (Mescher, 2012)
b.      Enzim enzim reticulum endoplasma
Pada membran RE terdapat enzim enzim dan rantai molekul molekul pembawa electron. Enzim enzim itu antara lain Hidrolase terutama glukosa 6-fosfatase dan nukleusida fosfatase, enzim enzim yang berperan dalam metabolisme, sintesis fosfolipid, dan steroid, glikosintransferase yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis glikolipid dan glikoprotein. (Mescher, 2012)
Banyaknya enzim hidroksilase dalam membrane RE menyebabkan hidroksilasi enzin enzim dalam membrane RE mempunyai inductor untuk pengaktifanya. Inductor itu antara lain 3-metil kolantrene, anaftoflafon, fenobarbital, dan dioksin (Mescher, 2012)
c.       Retikulum endoplasma sebagai pusat Biosintesis sel
Butir-butir ribosom pada membrane REK akan mensistesis rantai polipeptida,yang elongasinya (pemanjangannya) tidak berada disitosol melainkan menembus membrane RE. Sebagian dari rantai polipeptida ini tetap berada didalam membran menjadi protein transmembran, sedangkan bagian yang lain dilepas didalam sisterna RE. Protein transmembran yang dihasilkan diperuntukkan bagi membrane sel organel lainnya, sedangkan protein-protein yang dituangkan ke dalam lumen RE di peruntukkan bagi organel lainnya atau diekskresikan. (Sumadi dan Aditya, 2007)

Sisntesis protein transmembran dan lumina dilakukan oleh polisoma yang menempel pada membran RE serta melibatkan dua jenis reseptor. Reseptor pertama untuk mengenali ribosom subunit besar yang akan mengikat ribosom pada membrane RE sehingga memungkinkan terjadinya pemindahan rantai polipeptida dari sitosol ke lumen RE. sedangkan reseptor kedua mengikat ujung 3’ mRNA yang akan diterjemahkan. Pemindahan rantai polipeptida kedalam lumen RE ditentukan oleh rantai mRNA yang diterjemahkan. Pada mRNA terdapat kodon untuk polipeptida isyarat. Penerjemah ini terjadi disitosol yang mempunyai molekul pengenal isyarat (SRP= signal recognition particle). SRP ini akan mengikat polipeptida isyarat segera setelah terbentuk. Kompleks SRP dan polipeptida isyarat ini segera mengikatkan diri pada reseptornya yang terdapat di membrane RE.(Sumadi dan Aditya, 2007)
Proses sintesis protein yang terjadi di REK akan dijelaskan pada uraian berikut ini:
1.      mRNA menginisiasi sintesis protein dengan mengikat sub unit ribosom.
2.      Segmen pertama dari polipeptida yang baru diterjemahkan dari ribosom adalah sinyal N-terminal.
3.      Akibat bertubrukan dengan RE sinyal sifatnya hidrofobik akan menetrasi kedalam membrane.
4.      Sintesis protein berjalan terus, pertumbuhan rantai polipeptida meluas menembus membran mengikuti sinyalnya.
Jika protein akan disekresikan, seluruh rantai polipeptida mengikuti sinyalnya akan menembus membran RE dan masuk kedalam ruang Re. jika protein terbenam didalam membran, satu atau lebih sinyal stop transfer akan menahan gerakan protein menembus membran. .(Sumadi dan Aditya, 2007)
Sesudah pertumbuhan polipeptida memanjang memasuki atau melalui membrane RE, sinyal didegradasi oleh enzim peptidase yang terbenam didalam membran. (Sumadi dan Aditya, 2007)
5.      Setelah disintesis lengkap, subunit ribosom terlepas dari mRNA dan lepas dari RE. mRNA dibebaskan atau terikat pada membran RE  dengan ribosom yang lain untuk menerjemahkan pesan yang sama.
Setelah molekul protein selesai disintesis akan terjadi perpindahan molekul tersebut dari sitosol ke mitokondria, kloroplas dan peroksisoma melibatkan hidrolisis ATP yang terdapat di sitosol. Tenaga dari ATP digunakan untuk mengurai liipatan-lipatan molekul protein yang akan dipindahkan. Selain itu untuk menyisipkan dan mendorong masuknya molekul protein kedalam lumen organel tersebut juga diperlukan tenaga. (Sumadi dan Aditya, 2007)
Selain protein di dalam RE juga terjadi proses sintesis fosfolipid dan kolestrol. Proses sintesisnya terjadi dalam membran RE. Fosfolipid dan kolestrol yang disintesis pada umumnya digunakan untuk memperbaiki membran sel atau membran organela yang rusak. Fosfolipid yang disintesis kebanyakan adala fosfatidilkolin. Fosfatidilkolin disintesis dari gliserol-fosfat dan kolin. Molekul-molekul ini pada awalnya berada di sitosol membran RE kemudian oleh aktivitas protein pemindahan yang disebut flipase akan menyebabkan fosfatidilkolin dipindhkan ke sitosol belahan luminal membran RE, sedangkan fosfatidilserin dan fosfatidil inositol tetap berada di sitosol membran RE.(Sumadi dan Aditya, 2007)

B.     Lisosom
Organel ini baru ditemukan oleh  Cristian De Duve pada tahun 1955 berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan secara biokimiawi dan tidak dapat dilihat secara jelas dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dalam keadaan tidak aktif lisosom berbentuk bulat atau oval dengan diameter rata-rata 0,4 mikron dan jumlahnya dalam sel tidak tentu. (Juwono dan Juniarto, 2012)
Lisosom merupakan kantung terikat membrane dari enzim hidrolitik yang digunakan oleh sel untuk mencerna makromolekul. Terdapat enzim lisosom yang dapat menghidrolisis protein, polisakarida lemak, dan asam nukleat  semuanya merupakan kelas utama makromolekul. Membrane lisosom mempertahan kan pH yang rendah dengan memompakan ion hydrogen dari sitosol kedalam lumen lisosom. Jika lisosom pecah, atau membocorkan kandungannya, aktiuvitas enzim berkurang dalam lingkungan sitosol yang netral. (Campbell, 1999)
a.      Bentuk Lisosom
Seperti halnya RE dan apparatus golgi, lisosom juga terusun seperti halnya membrane sel, tetapi hanya terdiri dari satu lapis saja. Hasil pengematan mikroskop electron menunjukkan bahwa bentuk dan ukuran lisosom sangat bervariasi. Lisosom pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu lisosom primer yang hanya berisi enzim-enzim hidrolase dan lisoson sekunder yang selain berisi hidrolase juga terdapat substrat yang sedang dicerna. Lisosom berasal dari pembentukan yunas siterna  apparatus golgi pada sisi trans. Lisosom primer pada umumnya adalah vesikuli yang bersalutkan protein yang disebut klatrin. (Sumadi dan Aditya, 2007)
b.      Enzim-enzim lisosom
Enzim-enzim yang terkandung dalam lisosom bermacam macam. Lisosom mengandung sekitar 40 enzim hidrolitik yang berbeda dan terutama banyak ditemukan di sel-sel dengan aktivitas fagositik yang besar seperti pada makrofag dan neutrifil. Meskipun sifat dak aktifitas enzim lisosom bervariasi bergantung pada jenis sel, enzim yang paling umum dijumpai adalah protease, nuclease, fosfatase, fosfolipase, sulfatase, dan -glukuronidase. (Mescher, 2012)
Komponen sitosol dilindungi oleh enzim-enzim tersebut oleh membrane yang mengelilingi lisosom dan karena enzim-enzim  lisosom beraktivitas optimal pada pH asam (5,0). Setiap kebocoran enzim lisosom praktis menjadi inaktif pada pH sitosol (7,2) dan tidak berbahaya bagi sel. (Mescher, 2012)


c.       Fungsi Lisosom
Lisosom berfungsi dalam pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Amoeba dan banyak protista lain makan dengan jalan menelan organisme dan partikel makanan lain yang lebih kecil, suatu proses yang disebut fagositosis (bahasa yunani, plagein yang berarti  “memakan” dan kytos, berarti “wadah” yang dimaksud ini untuk sel). Vakuola makan yang terbentuk dengan cara ini kemudian bergabung dengan lisosom, yang enzimnya mencerna makanan. Sebagaian sel manusia juga melakukan fagositosis. Diantaranya ialah makrofag, sel yang membantu mempertahankan tubuh dengan merusak bakteri dan penyerang lainnya. (Campbell, 1999)

d.      Mekanisme Pencernaan Oleh Lisosom
Proses pencernaan yang terjadi secara enzimatis di lisosom terdiri dari berbagai macam tergantung dari jenis dan asal bahan yang akan dicerna. Bila asal bahan yang dicerna dari luar sel maka proses pencernaannya disebut heterofagi, sedangkan bila bahannya berasal dari dalam disebut autofagi.
Proses pencernaan heterofagi terjadi dengan jalan endositosis. Artinya bahan yang berasal dari luar akan masuk ke dalam sel dengan jalan endositosis membentuk endosom. Endosom akan melebur dengan lisosom primer sehingga enzim lisosom akan berkontak langsung dengan bahan yang akan dicerna, selanjutnya proses pencernaan akan berlangsung. Terbentuk lisosom sekunder. Kemudian sisa pencernaan akan keluar dari sel dengan cara eksositosis. (Sumadi dan Aditya, 2007)
Pada proses pencernaan autofagi, bahan yang menjadi substrat berasal dari komponen itu sendiri . mekanismenya dimulai dengan kegiatan sebuah sisiterna  RE yang akan melengkung dan mengelilingi sebagian sitoplasma yang padanya terdapat berbagai macam organela dan inklusi. Setelah terbentuk vesikel maka enzim akan segera dicurahkan sehingga terjadi autolisosom yang akan menghasilkan badan-badan residu yang akan dikeluarkan dari sel. (Sumadi dan Aditya, 2007)
e.       Biosintesis dalam Lisosom
Biosintesis dalam lisosom berkaitan dengan hidrolase dan protein membrane. Kedua protein ini seperti halnya protein-protein yang lain  disintesis  di RE untuk kemudian dipindahkan ke apparatus golgi oleh vesikula pengangkut. Enzim hidrolase di tandai dengan manosa-6-fosfat (M-6-P). penembahan ini terjadi di sis apparatus golgi. Enzim ini selanjutnya akan diangkut kedaerah trans yang terdapat reseptor bagi M-6-P yang letaknya bergerombol dimembran apparatus golgi yang berklaratin. Hal ini akan menyebabkan enzim hidrolase yang bertanda tersebut akan selalu menuju ke arah trans apparatus golgi dalam rangka untuk terbentuknya kompleks M-6-P dengan reseptornya. . (Sumadi dan Aditya, 2007)
Reseptor M-6-P hanya kan mengikat M-6-P pada pH 7 dan enzim lisosom akan dilepaskan pada pH kurang dari 6. Penurunan pH dalam lisosom primer ini dapat terjadi karena adanya penambahan ion H+ yang diangkut oleh protein pengangkut yang berasal dari membrane lisosom primer. (Sumadi dan Aditya, 2007)

Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Lisosom dan Retikulum Endoplasma.
       Surat Saba’ ayat 22.

        
22.  Katakanlah: " Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.   
Daftar Pustaka

Campbell, dkk. 1999. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Juwono dan Achmad Zulfa Juniarto. 2012. B iologi Sel. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar JUNQUIERA. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sumardi dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Jakarta: Graha Ilmu.



























Makalah Ilmu Budaya Dasar



MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
“MASYARAKAT PRIMITIF, AGRARIS, dan INDUSTRIAL”
OLEH:
1.      ASRI ARUM SARI                               ( 12222014 )
2.      BUNGA PRATIWI                               ( 12222018 )
3.      DESTIANAH                                         ( 12222024 )
4.      FAUZIATUL ISLAMIYAH                 ( 12222036 )   


DOSEN PEMBIMBING
ENDANG ROCHMIATI





PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek, yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan manifestasi tertentu atau keseluruhan[1].
Bagi setiap warga masyarakat akan  lebih baik apabila ia mengenal “masyarakat” dimana ia menjadi bagian dari padanya. Lebih dari pada itu, bukanlah seseorang itu adalah warga masyarakat yang sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses dan mekanisme masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif, melainkan dalam kondisi-kondisi tertentu ia menjadi warga masyarakat yang aktif. Kedudukan pribadi yang demikian di dalam masyarakat, berlaku dalam arti, baik masyarakat luas maupun masyarakat terbatas, dalam lingkungan tertentu adalah suatu kenyataan bahwa kita hidup, bergaul, bekerja, sampai meninggal dunia, di dalam masyarakat.
Masyarakat sebagai lembaga hidup bersama, bahkan tidak dapat dipisahkan  dari pada warga masyarakatnya dengan segala hubungan dan interaksi yang berlangsung di dalamnya. Begitu juga interaksi yang terjadi di dalam masyarakat primitif, masyarakat agraris ataupun masyarakat indusrtial. Tiap masyarakat tersebut telah memiliki ciri serta kebudayaan yang merupakan hasil dari masyarakat itu sendiri, baik itu adat istiadat, bahasa ataupun kepercayaan. Kebudayaan yang tinggi atau modern akan mempengaruhi cara pandang (fikir) terhadap kehidupan sehingga memacu rasionalitas dalam menghadapi kehidupan untuk mencapai tingkat peradaban tinggi.  Sementara kebudayaan primitif cenderung irrasional sehingga tidak menghasilkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan Primitif?
2. Apakah yang dimaksud kebudayaan Agraris?
3. Apakah yang dimaksud kebudayaan Industrial?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui serta memehami apa itu kebudayaan Primitif.
2.      Untuk mengetahui serta memahami apa itu kebudayaan Agraris.
3.      Untuk mengetahui serta memahami apa itu kebudayaan Industrial.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan Primitif
     Kebudayaan primitif dapat diartikan sebagai kebudayaan yang dimiliki masyarakat yang bersahaja dan sederhana, baik dilihat dari struktur sosial maupun kebudayaannya. Dalam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat primitif, pengguna teknologi masih sangat terbatas, tidak mempunyai alat-alat modern, belum menggunakan sistem keuangan dan belum tahu menulis dan membaca. Setiap masyarakat mempunyai sistem ekonomi tersendiri sebagai cara untuk mendapatkan makanan. Ada masyarakat yang bertani, berternak dan berburu[2].
     Masyarakat primitif adalah masyarakat yang hidup dizaman sebelum ada pendidikan. Mereka hidup dengan mengandalkan alam, tetapi tidak dikuasai oleh alam. Masyarakat primitif masyarakat yang telah mempunyai akal. Merekapun menemukan, belajar, dan mengambil keuntungan dari pengalaman hidup mereka bersama alam.
     Masyarakat yang belum mengenal tulisan sering kali dinamakan masyarakat primitif, sementara masyarakat yang sudah mengenal tulisan disebut masyarakat modern. Secara umum orang sering kali mengatakan bahwa masyarakat tradisional harus dimodernisasikan dengan cara menggantikan tradisi lisannya menjadi budaya tulisan. Tradisi lisan juga sering disalahkan sebagai penyebab dari ketiadaan kebiasaan membaca disebuah masyarakat.  
     Kelisanan juga sering dikaitkan dengan masyarakat primitif dan diasosiasikan dengan masyarakat yang kecil, homogen, tidak mengandalkan tulisan, melainkan mengandalkan hubungan personal. Masyarakat seperti ini sering juga disebut masyarakat mistis yang kurang mengandalkan logika, karena anggota masyarakatnya diduga tidak mengandalkan cara berpikir abstrak melainkan lebih sering bersikap irrasional.
Ciri Masyarakat Primitif
1.      Mata pencahariannya berburu dan mencari buah-buahan di hutan.
2.      Pada tingkatan di atasnya, mereka juga bercocok tanam baik berpindah-pindah atau menetap.
3.      Bertempat tinggal di gua dan hutan sekalipun ada juga yang telah mengalami sedikit kemajuan dengan membuah rumah gubuk dalam satu komunitas.
4.      Pengetahuan yang diajarkan adalah keterampil yang mereka peroleh secara tradisi.  
2.2 Kebudayaan Agraris
     Dalam masyarakat budaya agraris yang masih kuat, mitos memegang peran sangat besar dalam interaksi sosial. Ia diperlukan untuk menjaga tradisi dan tindakan sosial yang bersifat altruistik (bertindak secara bersama-sama). Hutan bisa selamat, air bisa mengalir terus apabila dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mitologi, seperti ada makhluk penunggu dan sebagainya. Akan tetapi, dalam budaya seperti ini pun sangat berbahaya. Menjaga mitos yang berdampingan dengan hal yang sangat berbahaya (gunung berapi yang siap meletus), apabila sedikit saja keliru dalam menafsirkan hal ini, puluhan bahkan ratusan korban jiwa pasti terjadi. Disinlah, harus ada kearifan untuk menjaga harkat martabat umat manusia[3].
Ditinjau dari segi geografis desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupkan suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi dan kultural yang saling berinteraksi antara unsur tersebut dan juga hubungannya dengan  daerah lain. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum bertempat tinggalnya suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto dalam bukunya Suatu Pengantar Geografis Desa, 1977 dijelaskan sebagai berikut:
Unsur- unsur desa ialah
  • Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.
  • Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata pencaharian penduduk setempat.
  • Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan[4].
       Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.  Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa,
b.      Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan
c.       Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
1.      Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain :
·         Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas wilayahnya.
·         Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya.
2.      Kegiatan Masyarakat Desa
Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah adanya semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat mendirikan rumah, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. Gotong royong semacam ini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti, terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga gotong-royong untuk kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta perkawinan dan kelahiran. Pekerjaan gotong royong terdiri atas dua macam, yaitu :
·         Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (diistilahkan dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar)
·         Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas, misalnya atas perintah aparat desa)
Lebih dari 82 % masyarakat Indonesia tnggal di pedesaan dengan mata pencaharian agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, mereka bukanlah masyarakat yang senang berdiam diri tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja keras, namun mereka perlu diberikan pendorong yang dapat menarik aktivitas mereka, sehingga cara dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien dan kontinyu.
2.3    Masyarakat Industrial
Pengertian “industri” dalam konteks budaya ini, perlu dipahami secara mendalam yang artinya bukan berarti industri” dalam arti “pabrikasi” dan “masalisasi”. Namun budaya sebagai suatu kegiatan industri yang di dalamnya mencakup pemahaman terpadu antara:
1.      Perencanaan (planning) dan pembangunan (development)
2.      Pengelolaan (management)
3.      Pemasaran (marketing)
4.      Investasi (investment)
5.      Pelestarian (conservation)
Industri warisan budaya bangsa tidak boleh di pandang sebelah mata. Sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif, industri jenis ini menjadi aset tak terbatas yang sampai kapan pun tidak akan pernah lekang oleh zaman dengan catatan bahwa proses kreasi dan inovasi terus diberdayakan.
Industri modern masuk indonesia pada masa penjajahanbketika masyarakat masih dalam kekuasaan yang kuat. Sebelumnya, industri yang berkembanng adalah kerajinan tangan yang dilakukan di rumah-rumah. Masuknya industri modern diterima oleh masyarakat, bukan hanya karena kekuasaan yang berpengaruh, melainkan juga sikap bangga yang terbuka menerima perubahan.
Desa sebagai basis masyarakat mendapat pengaruh dari industrilisasi ini. Dilihat dari ruangnya, pengalihfungsian lahan-lahan pertanian menjadi areal industri menimbukan beberapa hal tersendiri berkurangnya lahan pertanian di pulau Jawa mengakibatkan banyak orang kehilangan kesempatan hidup mapandengan bekerja di sektor agraris. Dengan kemampuan terbatas menyerap tenaga kerja, industri malah menimbulkan pengangguran dalam jumlah yang meningkat[5]
Budaya istimewa akibat industrilisasi adalah materialisme, segala sesuatu dinilai dengan kebendaan. Budaya ini harus berbenturan dengan budaya bangsa indonesia yang sangat memegang norma-norma sosial. Hubungan intrapersonal masyarakat semakin renggang atau diartikan dengan cara lain, yaitu tolong menolong dalam menyelesaikan urusan yang dihadapinya ( korupsi dan kolusi ).
Namun disisi lain industrilisasi memberikan perubahan pola pikir dimasyarakat. Masyarakat mulai memperhatikan pendidikan, manfaaat menabung, demokrasi dalam keluarga, dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi wanita dalam aktifitas. Perubahan juga terjadi dalam memandang urusan agama, misalnya, banyaknya orang islam yang berusaha sekuat tenaga, menunaikan haji, sekalipun sekali seumur hidup.walaupun tekad ini kerang kuat di masyarakat, karena derasnya arus moderenisasi sehingga lebih mementingkan kebendaan dari pada kerohanian.
Industrilisasi di  Indonesia memberikan karakteristik karena harus berhadapan dengan budaya bangsa yang kuat. Di sisi lain, bangsa Indonesia masih senang mencari intisari masyarakatnya sendiri menjadi suatu kebenaran pribadi yang di pegang kuat. Dengan demikian, apa yang benar di luar Indonesia tidak perlu berlaku di sini. Pandangan ini yang seharusnya di jaga dalam menghadapi situasi masa depan sehingga tercipta keadaan yang saling memengaruhi antara industry dengan intisari budaya bangsa Indonesia.
 Pada perencanaan pembangunan di negara berkembang termasuk Indonesia. Pada umumnya dalam merumuskan pembangunan tidak lain adalah sebagian upaya untuk memajukan suatu masyarakat. Mereka berpikir bahwa masyarakat mereka yang agraris harus diubah menjadi masyarakat yang bercorak industrial. Usaha itu disebut sebagai proses transformasi masyarakat agraris menuju masyarakat industrial.
Proses transformasi adalah proses perubahan secara mendasar dan besar-besaran yang dilakukan untuk mengubah basis ekonomi, sosial dan politik, yang dari semula bercorak pertanian agraris menuju kehidupan industrial. Proses transformasi masyarakat di negara agraris pada dasarnya mencakup tiga macam perubahan, yaitu :
  • Perubahan ekonomi yang relatif stabil
  • Perubahan kelembagaan politik sosial dari ilmu tradisional menuju modern.
  • Perubahan kelembagaan politik dari feodal menuju demokrasi
Ketiga jenis perubahan tersebut harus berjalan secara bersama-sama dan terkait satu sama lain untuk memperoleh perubahan mendasar dalam basis ekonomi. Proses transformasi masyarakat agraris menuju industrial hanya akan terjadi kalau ada campur tangan yang terencana dan sistematis dari pemerintah atau negara.
Dalam hal ini, industrialisasi yang dimaksud adalah setiap usaha dan strategi yang dilakukan pemerintah untuk menjaga basis ekonomi masyarakat dari semula bercorak agraris pertanian menuju industrialisasi yang perekonomiannya berbasiskan pada produksi, kebijaksanaan industrialisasi ini merupakan prioritas dalam perubahan ekonomi yang membawa perubahan pada orientasi perilaku masyarakat ini jadi semakin rasional.
Kehidupan masyarakat industrial adalah kehidupan di dalam masyarakat perkotaan. Karenanya untuk membicarakan kebudayaan industrial, maka kita akan berbicara mengenai kebudayaan masyarakat kota. Beberapa ahli mengartikan kota sebagai suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian dan ilmu pengetahuan.
Adapun ciri-ciri masyarakat kota adalah :
  • Jumlah penduduk besar dan padat, terutama di pusat kota.
  • Mempunyai penduduk yang beraneka ragam karena asal usul mereka yang berlainan.
  • Penduduknya lebih dinamis, banyak mengadakan perubahan pekerjaan, mudah berpindah tempat tinggal, dan sebagainya.
  • Lebih cepat, lebih bebas dan mudah bergerak, lebih cepat menerima dan membuang sesuatu yang baru. Peradaban macam ini memberikan kepada mereka sesuatu perasaan harga diri yang besar[6].
Keadaan kota dengan bermacam corak hidup seperti di atas menarik masyarakat pedesaan untuk melakukan urbanisasi. Akibatnya, terjadi berbagai masalah sosial, baik bagi kota yang dituju maupun desa yang ditinggalkan.








BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Perkembangan peradaban manusia terasa begitu cepatnya, kita tentunya mengenal masyarakat primitif, pada era itu seseorang untuk mendapatkan suatu barang harus ditukar dengan barang lagi (barter), kemudian meningkat ke masyarakat agraris, kemudian masyarakat industry. Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.  Dengan ciri-ciri yaitu Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa, Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan, Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.

















DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uin-suka.ac.id/3158/1/BAB%20I,%20V.pdf
Mawardi dan Nur Hidayati.2006. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia
Wahyu,Ramdani.2008. Ilmu Budaya Dasar . Bandung: Pustaka Setia


[2] Ramdani Wahyu.Ilmu Budaya Dasar .(Bandung;2008) hal 270 .
[3] Ramdani Wahyu.Ilmu Budaya Dasar. (bandung ;2008) hal 270
[4] http://digilib.uin-suka.ac.id/3158/1/BAB%20I,%20V.pdf
[5]ibid
                [6] Mawardi dan Nur Hidayati. IAD-ISD-IBD. Bandung Pustaka Setia . halaman 194.