Sabtu, 20 Agustus 2016

LAPORAN KKN TEMATIK POSDAYA BERBASIS MASJID ANGKATAN 66 UIN RADEN FATAH

Assalamualaikum wr.wb
yuhuuuu I am back :D sebenarnya bingung mau posting apa maklum sekarang ni lagi sibuk2 nya ngurus si itu tuh SKRIPSWEET a.k.a skripsi hohooo...tapi aku bela-belain dulu buat posing di blog kasian blog aku yang "berdebu" hehe jarang aku liatin.
oke setelah berpikir selama lebih kurang 100 thn (umur aja bru 21 :v)  aku putuskan untuk memposting laporan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang kami laksanakan selama 45 hari di desa Pulau Panas kecamatan Tanjung Sakti PUMI kabupaten Lahat Sumatera Selatan..

semoga dapat bermanfaat bagi kalian yang membutuhkan :)..




LAPORAN KEGIATAN

KULIAH KERJA NYATA (KKN) MAHASISWA
 TEMATIK POSDAYA BERBASIS MASJID AL MUHAJIRIN
ANGKATAN KE-66 TAHUN 2016

“PEMANFAATAN LAHAN KOSONG SEBAGAI TEMPAT PENANAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI DESA PULAU PANAS KECAMATAN TANJUNG SAKTI PUMI KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN”

Disusun Oleh:
Nama              : Asri Arum Sari
NIM                : 12222014
Fakultas         : Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan          : Pendidikan Biologi



 




LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2016









BAB I

PENDAHULUAN

   
1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tanaman obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia. Bahkan beberapa obat-obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan diproduksi secara besar-besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan yang besar bagi negara tersebut (Johnherf , 2007 dalam Anonim, 2011).
Sejak dahulu bangsa Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modernnya dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman obat tersebut merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun hingga ke generasi sekarang, sehingga tercipta berbagai ramuan tumbuhan obat yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia. Dengan demikian, selain memiliki kekayaan hayati yang besar, pengetahuan masyarakat lokal tentang pemanfaatan sumber daya hayati tersebut cukup tinggi. Oleh karena itu, tidaklah bijaksana apabila pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan dengan pemanfaatan tumbuhan obat tidak diupayakan untuk dikembangkan bagi kepentingan masyarakat dan bangsa (Jhonherf, 2007 dalam Anonim, 2011).
Dalam memanfaatkan dan mengembangkan tanaman obat, juga harus diperhatikan pelestarian dan perlindungannya. Pemanfaatan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan penyakit hingga saat ini masih sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan, terutama dengan melonjaknya biaya pengobatan dan harga obat-obatan. Adanya kenyataan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan semakin meningkat, sementara taraf kehidupan sebagian masyarakat kita masih banyak yang kemampuannya pas-pasan. Maka dari itu, pengobatan dengan bahan alam yang ekonomis merupakan solusi yang baik untuk menanggulangi masalah tersebut. Dengan kembali maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam/herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat herbal bersifat alamiah. Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan diteliti secara ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Maheswari, 2002 dalam Anonim, 2011).
Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat luas, mulai untuk bahan penyedap hingga bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika. Namun, di dalam sistim pelayanan kesehatan masyarakat, kenyataannya peran obat-obat alami belum sepenuhnya diakui, walaupun secara empiris manfaat obat-obat alami tersebut telah terbukti. Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan jamu sebagai obat kuat, obat pegal linu, mempertahankan keayuan, pereda sakit saat datang bulan dan lain-lain, menyiratkan penggunaan jamu yang sangat luas di masyarakat. Memang disadari, bahwa produksi jamu belum banyak tersentuh oleh hasil-hasil penelitian karena antara lain disebabkan para produsen jamu pada umumnya masih berpegang teguh pada ramuan yang diturunkan turun-temurun. Akibatnya, hingga saat ini obat tradisional masih merupakan bahan pengobatan alternatif di samping obat modern. Tetapi, hal ini bisa membuka peluang bagi pengusaha atau petani tanaman obat untuk menjadi kan ramuan obat tradisional nya menjadi bahan pengobatan primer, tidak hanya sebagai alternatif (Maheshwari, 2002 dalam Anonim, 2011).
Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik atau internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenga kerja baik dalam usaha tani maupun dalam usaha pengolahannya (Suriawiria, 2000 dalam Anonim, 2011).
Flora dan fauna serta mineral yang berkhasiat sebagai obat harus dikembangkan dan disebar luaskan agar maksimal mungkin dapat dimanfaatkan dalam upaya-upaya kesehatan masyarakat. Khususnya untuk tanaman obat, penyebarluasannya dapat dilakukan melalui TOGA (Tanaman Obat Keluarga) (Tukiman, 2004)
TOGA (Tanaman obat keluarga) merupakan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat. Selain sebagai sarana untuk menjaga kesehatan masyarakat, toga juga berfungsi sebagai sarana penghijauan, sarana untuk pelestarian alam, sarana memperbaiki gizi, sarana untuk pemerataan pendapatan, sarana penyebaran gerakan penghijauann dan sarana keindahan pekarangan atau lingkungan (Redaksi Agromedia, 2007).
Dengan semakin tingginya biaya pengobatan dan harga obat-obatan kimia, serta banyaknya efek sampping yang ditimbulkan dari mengkonsumsi obat-obatan kimia, sudah saatnya masyarakat sekarang lebih mengenal dan memanfaatkan lagi tanaman berkhasiat obat yang tidak mempunyai efek samping yang cukup mengkawatirkan bagi pemakainya, karena efek tanaman berkhasiat obat bersifat alamiah. Dan didasari juga dengan kenyataan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan semakin besar, tetapi taraf kehidupan masyarakat masih banyak yang kemampuannya pas-pasan, maka dari itu, pengobatan dengan bahan alam yang ekonomis merupakan solusi yang baik untuk menanggulangi masalah tersebut (Jhonherf, 2007).
Oleh karena itulah, perlu dilakukan strategi pengembangan tanaman berkhasiat obat agar dapat bersaing dengan obat-obatan kimia yang ada dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat akan khasiat dan manfaat dari tanaman obat tersebut sehingga penggunaan tanaman berkhasiat obat sebagai obat pun meningkat. Salah satu pengembangan tanaman obat ini bisa dimulai melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Keadaan inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “PEMANFAATAN LAHAN KOSONG SEBAGAI TEMPAT PENANAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI DESA PULAU PANAS KECAMATAN TANJUNG SAKTI PUMI KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN”.
 1.2  Rumusan Masalah
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat dirumuskan dua masalah yaitu:
1.      Adanya lahan terlantar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal.
2.      Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya tanaman obat

1.3  Tujuan dan Manfaat
a.      Tujuan
1.    Meningkatkan pengetahuan mengenai tanaman obat kepada masyarakat.
2.    Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih memanfaatkan lahan untuk menjadi lebih produktif.
b.      Manfaat
1.    Masyarakat semakin sadar mengenai pentingnya tanaman obat baik dari segi manfaat, maupun prospek pasar.
2.    Masyarakat semakin menyadari pentingnya memanfaatkan lahan terlantar.

1.4  Metodologi Penelitian
a.      Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dilaksanakan setiap hari minggu pagi dimulai dari tanggal 7 Februari 2016 hingga 13 Maret 2016 di Desa Pulau Panas Kecamatan Taanjung Sakti PUMI.
b.      Pelaksanaan Kegiatan
1.      Pembersihan Lahan TOGA
Untuk menunjang kegiatan  TOGA ini, maka lahan untuk tanaman ini juga perlu dibersihkan karena lahan kosong ini masih berupa semak belukar agar tanaman dapat terlihat bersih dan rapi. Maka dari itu kami bersama warga Pulau Panas membersihkan lahan  TOGA terlebih dahulu pada hari Minggu, 7 Februari 2016, pukul 08.00-12.00.
2.      Penanaman TOGA
Penanaman TOGA sebagai percontohan pada warga agar warga tahu akan nama dan manfaat dari tanaman obat itu, pembibitan ini dilakukan pada hari Minggu, 14 Februari 2016, pukul 08.00-12.00.
3.      Pengkaderan TOGA
Agar tanaman yang ada yang merawat biar tidak mati dan bisa digunakan, maka fungsi kader dari tanaman TOGA ini sangat diperlukan. Maka pada hari Minggu, 28 Maret 2016 pengkaderan diresmikan.



















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat dikenal dengan nama toga. Program yang dahulu dinamai apoetik hidup ini tengah digunakan oleh pemerintah indonesia. Istilah toga lebih mengacu kepada penataan pekarangan. Jadi tidak berarti tanaman yang hanya tanaman hias yang berkhasiat obat. Tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tananam pagar, tanaman buah, tanaman sayur, atau bahkan tananam liar pun dapat ditata di pekarangan sebagai toga. Selain sebagai bahan obat bagi anggota keluarga yang sakit, tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk aneka keperluan sesuai dengan kegunaan lainnya (Haris, 2014).
Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Haris, 2014).
Untuk memperoleh pengobatan yang ideal seorang pengobat herbal harus pandai dan cermat dalam membuat formula tanaman obat. Formula yang digunakan dalam pengobatan haruslah sesuai dengan kondisi pasien yang berobat.kondisi pasien sangat berkaitan dengan dosis dan tingkat keberhasilan dalan pengobatan herbal (Haris, 2014).
Tanaman obat keluarga pada dasarnya adalah tanaman yang ditanam di halaman rumah, kebun ataupun sebidang tanah yang dimanfaatkan sebagai budidaya tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan. Tanaman obat keluarga juga berfungsi sebagai pemanfaatan lingkungan di sekitar rumah dan kebun. Di era sekarang semakin banyak keluarga yang sadar betul apa manfaat dari tanaman obat itu sendiri (Haris, 2014).
Kalau kita kaji lebih dalam sungguh banyak sekali khasiat dari tanaman obat keluarga tersebut. Banyak pula jenis nya. Sebagai contoh kumis kucing, sambiloto, lidah kucing dan lidah buaya. Tentunya tanaman obat ini sudah banyakdi ketahui khasiatnya. Mulai dari kumis kucing yang berkhasiat sebagai obat pada penyakit pada saluran kencing seperti infeksi ginjal, infeksi kandung kemih, kencing batu dan encok atau kita bisa juga menanam tanaman pengusir nyamuk (Haris, 2014).
Yang dimaksud dengan TOGA adalah Taman Obat Keluarga. Kata “Taman” menunjukakan adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai estetika tanaman dalam hal ini tanaman obat dengan adanya pengaturan yang sesuai dengan potensi lahan dan enak dipandang mata. Sedangkan kata “Keluarga” menunjukkan “taman obat” ini berfungsi untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan dibuat di lingkungan keluarga, yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di pekarangan sekolah atau kantor (Haris, 2014).
Pekarangan biasanya memiliki luas lahan terbatas, maka jenis tanaman obat sebaiknya dipilih yang penting dan bermanfaat untuk keperluan menjaga kesehatan keluarga sehari – hari. Selain itu, dipilih jenis tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menyita tempat karena ukuran tajuk yang besar. Karena sifat pekarangan berbeda dengan kebun atau ladang, maka pemilihan tanaman juga harus memperhatikan factor keindahan serta memperhatkan kondisi halaman, misalnya, kontur tanah, bentuk serta adanya pohon atau bangunan lain.Faktor paling penting dalam mengatur lahan untuk tanaman obat adalah memperhatikan estetika (keindahan).Jangan sampai tanaman obat yang kita tanam di halaman merusak/mengganggu pemandangan. Juga harus diperhatikan keberadaan elemen taman lain, yaitu soft material misalnya kandang ternak,tiang bendera, jalan tapak kolam ikan dan lain – lain.
Dewasa ini obat-obata modern sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Obat-obatan itu dalam berbagai bentuk sudah dijual bebas dan mudah sekali didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akhir-akhir ini trend pengobatan modern cenderung kembali ke tanaman obat yang digunakan secara tradisional.Ada beberapa alasan yang mendasari kecendrungan ini. Misalnya,tanaman obat yang digunakan secara tepat, tidak atau kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat-obatan modern terutaman yang dibuat dari bahan sintesis. Alasan lain,obat-obatan tradisional juga lebih tepat untuk digunakan sebagai penyakit atau untuk menjaga kesehatan.
Tanaman obat merupakan salah satu sumber daya yang sudah ada sejak dahulu kala dimanfaatkan oleh nenek moyang kita dalam upaya mengatasi masalah kesehatan dengan menjadikan berbagai ramuan bahan tanaman obat. Oleh karena itu pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) perlu dikembangkan dan disebar luaskan di masyarakat terutama untuk ibu-ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga sangat berperan dalam masalah kesehatan, sehingga apabila anggota keluarga ada yang sakit maka ibu rumah tanggalah yang melakukan pencegahan pertama dalam mengatasi masalah kesehatan. Namun dewasa ini banyak kecenderungan perubahan sikap konsumen dalam masalah mengkonsumsi obatobatan untuk kesehatan. Kesehatan bagi kelangsungan hidup kita sangat penting sekali, karena tanpa kesehatan kita tidak dapat melakukan berbagai aktivitas yang dapat mempertahankan hidup di dunia ini.

2.2 Jenis-jenis Tanaman Untuk TOGA
Menurut dr. Setiawan Dalimartha (2008) adapun jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.      Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.
2.      Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
3.      Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah pemukiman.
4.      Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya: buahbuahan dan bumbu masak
5.      Jenis tanaman yang hampir punah
6.      Jenis tanaman yang masih liar
7.      Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman adalah tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau tumbuh di daerah pemukiman.
Tanaman toga ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ramuan tradisional.Dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian dari tanaman tersebut. Sebagai contoh tanaman toga berdasarkan bagian yang digunakan adalah
a. Jenis tanaman yang dimanfaatkan daunnya
1.      Seledri, manfaatnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
2.      Belimbing, digunakan untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
3.      Kelor, manfaatnya mengobati panas dalam atau demam.
4.      Daun bayam duri, manfaatnya untuk mengobati kurang darah.
5.      Kangkung, manfaatnya untuk mengobati insomia.
6.      Sirih, manfaatnya untuk menyembuhkan batuk, antiseptika, dan obat kumur.
7.      Salam, bersifat astringensia.
8.      Jambu Biji, manfaatnya untuk menyembuhkan mencret.
       b. Jenis tanaman yang dimanfaatkan kulit batangnya
1.      Kayu manis dimanfaatkan untuk mengobti penyakit batuk, sesak napas, nyeri lambung, perut kembung, diare, rematik, dan menghangatkan lambung.
2.      Jeruk nipis, kulit batangnya dapat digunakan sebgai antiseptik, sehingga bisa dipakai bahan baku obat kumur.
Dilihat dari aspek pemanfaatannya tanaman obat keluarga di bagi menjadi beberapa jenis,di antaranya sebagai berikut :
1.      Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan daunya. Contohnya, Seledri, manfaatnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
2.      Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan batangnya. Kayu manis dimanfaatkan untuk mengobati penyakit batuk, sesak napas, nyeri lambung, perut kembung, diare, rematik, dan menghangatkan lambung.
3.      Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan akarnya.
4.      Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan umbinya.

2.3 Fungsi Tanaman Obat Keluaraga (TOGA)
Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi:
1.      Upaya preventif (pencegahan)
2.      Upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan)
3.      Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)
Selain fungsi di atas ada juga fungsi lainnya yaitu:
1.      Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak, seledri, pepaya dan lain-lain.
2.      Sarana untuk pelestarian alam. Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.
3.      Sarana penyebaran gerakan penghijauan.
4.      Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pohon misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.
5.      Sarana untuk pemerataan pendapatan.
6.      Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber penghasilan bagi keluarga tersebut.
7.      Sarana keindahan (Santoso 2008).
Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan menghasilkan keindahan bagi orang/masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk menghasilkan keindahan diperlukan perawatan terhadap tanaman yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah.

2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Berbicara tentang pemanfaatan tumbuhan obat atau bahan obat alam pada umumnya sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru.Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari,baru itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan kehidupannya,termasuk keperluan akan obat-obatan dalam angka mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa zat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Adapun pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut gejala umum adalah:
1.      Demam panas
2.      Batuk
3.      Sakit perut
4.      Gatal- gatal
Pengobatan tradisional atau alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standart pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standart) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat atau khasiat serta mekanisme dari pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan (Turana, 2003).
Menurut Agoes, (1992) Pengobatan Alternatif adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. Sedangkan menurut WHO (1978), Pengobatan Tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak dalam melakukan diagnosis, preventif dan pengobatan terhadap ketidak seimbangan fisik, mental ataupun sosial. Pedoman utama adalah pengalaman praktek, yaitu hasil- hasil pengamatan yang diteruskan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan kata “alternatif” untuk menyatakan pengobatan non barat yan merupakan salah satu bukti bahwa pengobatan alternatif merupakan kearifan yang tidak berada pada posisi yang setara dengan ilmu pengobatan modern. Pada hakekatnya, sistem pengobatan modern dan pengobatan alternatif berjalan secara berdampingan dan saling melengkapi, tetapi sering karena terjadi kegagalan dan keterbatasan pengobatan modern terjadi peralihan kepada sistem alternatif (Harmanto,2004).
Sesuai dengan Keputusan Seminar Pelayanan Pengobatan Altematif Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat dua defenisi untuk pengobatan tradisional Indonesia (PETRIN), yaitu:
Ilmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh Pengobatan Tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial masyarakat.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, kaidah- kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan secara turun temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu kedokteran. Dalam UU Kesehatan R.I no 23 Tahun 1992 pasal 47 tentang pembinaan, pengawasan dan pengembangan pengobatan alternatif sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan menurut rencana pembangunan dari Departemen Kesehatan RI tahun 1994/1995 -1998/1999 telah membuat program pembinaan alternatif antara lain:
1.      Pembentukan 12 sentra pengembangan dari penerapan pengobatan alternatif. Tugasnya mengadakan pengkajian, penelitian, pengujian, pendidikan, pelatihan, dan pelayanan pengobatan alternatif sebelum pengobatan tersebut diterapkan secara luas di masyarakat atau diintegrasikan ke dalam jaringan pelayanan kesehatan Menurut Dalimarta dalam Batubara, 2004.
2.      Pengembangan dan pembinaan obat alternatif melalui inventarisasi, penapisan dan pemanfaatan TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
3.      Pengembangan dan pembinaan metode pengobatan alternatif.
4.      Pengembangan dan pembinaan tenaga pengobatan alternatif.
5.      Pengembangan dan pembinaan sarana pengobatan alternatif.
6.      Penggalian dan komunikasi Pusaka Nusantara melalui telaah dokumentasi pengobatan alternatif.
7.      Peningkatan sarana penunjang program seperti penyiapan peraturan dan sistem yang ada.
8.      Peningkatan pembinaan dan pengembangan pemanfaatan obat alternatif melalui kegiatan pembudidayaan tanaman obat.
Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dar i luar Indonesia. Pengobatan alternatif adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan cara alternatif untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) (Anwar, 2005).
Pengobatan alternatif sudah dikenal jauh sebelum ilmu kedokteran modern berkembang dan pengobatan perdukunan/ke19batinan cukup lama dilakukan dalam agama - agama suku. Penyembuhan perdukunan/kebatinan bergantung pada konsep yang beranggapan bahwa kesembuhan terjadi bila kita hidup sesuai dengan roh – roh di alam baka (animisne, okultisme) atau hidup selaras dengan kekuatan semesta (mistisime/pantheisme), kalau tidak sesuai akan celaka atau sakit (Anwar, 2005).

2.5 Manfaat Toga Terhadap Kesehatan Lingkungan
TOGA (Tanaman Obat Keluarga) merupakan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat. Selain sebagai sarana untuk menjaga kesehatan masyarakat, toga juga berfungsi sebagai sarana penghijauan, sarana untuk pelestarian alam, sarana memperbaiki gizi, sarana untuk pemerataan pendapatan, sarana penyebaran gerakan penghijauann dan sarana keindahan pekarangan atau lingkungan (Redaksi Agromedia, 2007). Manfaat yang dihasilkan dari tanaman obat bagi masyarakat, dapat digolongkan menjadi tiga kategori kemanfaatan :
a.    Manfaat dari sisi Ekonomi
1.    Mengurangi efek ketergantungan penggunaan obat kimia
2.    Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat keluarga
3.    Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan tanaman obat keluarga
b.    Nilai Tambah dari sisi Lingkungan Hidup
1.    Pemberdayaan lingkungan agar semakin indah dan asri setelah ditanami tanaman obat keluarga.
2.    Mengurangi pemanasan global dengan penanaman tanaman obat.
c.    Dampak Sosial Secara Nasional
Terciptanya pendidikan kesehatan pada masyarakat yang notabene masyarakat khususnya dipedesaan mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang lebih dan perlu pelestarian dan pemberdayaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.





BAB III
KONDISI OBJEKTIF LOKASI PENELITIAN

3.1 Kondisi Geografis Desa Pulau Panas
Desa Pulau Panas merupakan desa yang berada di kecamatan Tanjung Sakti PUMI, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Indonesia. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan cukup jauh lebih kurang 10 km memiliki wilayah seluas 20.77 km persegi dengan jumlah penduduk 512 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 141 KK.
Batas-batas wilayah desa Pulau Panas adalaah sebagai berikut
ü  Sebelah Utara : Desa Kerinjing, Pagar Alam
ü  Sebelah Timur : -
ü  Sebelah Barat : Gunung Dempo, Pagar Alam
ü  Sebelah Selatan : Desa Sindang Panjang

 







  
3.2 Kondisi Alam dan Potensi Fisik Desa Pulau Panas
Desa Pulau Panas memiliki lahan berupa dataran yang dikelilingi perkebunan kopi, durian dan ada juga sayur-sayuran seperti sawi Kehidupan masyarakat desa pulau panas adalah sebagai petani, baik itu kaum laki-laki maupun kaum wanita. Biasanya kegiatan pertanian atau perkebunan dilaksanakan hingga sore hari sekitar pukul 4 sore. Lahan pekarangan yang kosong di sekitar rumah masyarakat tidak dimanfaatkan secara optimal, padahal hal ini sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai lahan produktif, misalnya dengan menanam tanaman obat-obatan yang berguna untuk keluarga dan juga bernilai ekonomis sehingga dapat dipasarkan atau dijual yang pada akhirnya tentu akan meningkatkan pendapatan petani itu sendiri sebagai pendapatan sampingan.
Petani di desa Pulau Panas seperti dijelaskan di atas umunya berkebun kopi, durian dan ada juga sayur-sayuran seperti sawi. Namun untuk tanaman obat-obatan seperti temu-temuan maupun tanaman herba lainnya jarang ditemui, padahal hal ini sangat penting untuk kebutuhan keluarga.

3.3    Kesehatan
Jumlah sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia yang tersedia umumnya di kecamatan Tanjung Sakti PUMI terdiri dari satu buah puskesmas, 2 buah puskesmas pembantu, 11 polindes, dan 18 buah posyandu, 1 orang prakter doter dan 11 orang praktek bidan, sementara itu untuk di Pulau Panas sendiri hanya terdapat 1 posyandu sehingga masyarakat harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk ke puskesmas karena mengingat puskesmas hanya berada di kecamatan.














BAB IV
PEMBAHASAN

TOGA atau tanaman obat keluarga adalah jenis tanaman yang bisa digunakan  untuk rempah-rempah atau obat-obataan tradisional yang biasanya ditanam di pekarangan rumah. Tanaman Obat Keluarga sangat penting ditengah-tengah kehidupan masyarakat petani. Fungsinya yang bermacam-macam misalnya saja untuk memenuhi kebutuhan obat keluarga secara tradisional. Obat-obatan tradisional ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, apalagi pada masa sekarang ini masyarakat sudah mengetahui bahaya mengkonsumsi obat-obatan kimia atau sintetik yang membahayakan manusia, baik dari segi fisik maupun mental masyarakat. Manusia dibuat menjadi ketergantungan dengan obat-obatan kimia atau sintetik itu. Sedangkan masyarakat dunia pada saat ini mengupayakan kembali kepada produk-produk alami yang dikenal kemudian dengan istilah “Back to Nature”.
Dengan meliahat potensi yang ada di Desa Pulau Panas maka pola pikir masyarakat yang selama ini enggan atau ragu-ragu untuk menanam tanaman obat di pekarangan rumah disebabkan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya tanaman obat, dan juga kurang mengetahui kebutuhan pasar yang sangat potensial jika diproduksi dalam jumlah yamng cukup besar. Tanaman obat ini relatif mudah untuk dibudidayakan, apalagi mengingat kemampuan petani dalam hal budi daya tanaman cukup bagus.
Menurut Salan (2009), kecenderungan meningkatnya penggunaan obat tradisional didasari oleh beberapa faktor, yaitu:
  1. Pada umumnya, harga obat–obatan buatan pabrik yang sangat mahal, sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah.
  2. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik.
  3. Kandungan unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern. Artinya, pembuatan obat–obatan pabrik menggunakan rumus kimia yang telah disentetis dari kandungan bahan alami ramuan tradisional.
Dengan pemanfaatan lahan perkarangan ini banyak sekali keuntungan yang kita dapatkan baik itu menjaga kebersihan lingkungan rumah, mendapatkan kesejukan dan keindahan perkarangan bisa membantu tetangga jika membutuhkan rempah atau obat yang bermanfaat tersebut dan jika memungkinkan daripemanfaatan perkarangan tersebut dapat menambah pemasukan keuangan keluarga. Dari banyak keuntungan pembuatan kebun (TOGA) tersebut yang paling utama adalah terjaganya kebersihan dan keindahan pekarangan dan tercukupinya kebutuhan obat dan rempah bagi keluarga sehingga pemakaian obat kimia akan dapat dikurangi dan pekarangan yang selama ini tidak termanfaatkan secara baik akan dapat menghasilkan kebutuhan yang kita butuhkan.
Dengan adanya penggalakan Tanaman Obat Keluarga ini mudah-mudahan masyarakat sadar akan pentingnya penggunaan lahan pekarangan yang kosong untuk tanaman yang berkhasiat obat dan bernilai ekonomis ini. Dari situasi desa dapat dilihat bahwa tanaman-tanaman obat belum di tanam secara baik ditempat tertentu tetapi masih ditanam sembarang hanya ketika perlu baru dicari. Diharapkan dengan adanya penggalakan Tanaman Obat Keluarga ini mudah-mudahan masyarakat sadar akan pentingnya penggunaan lahan pekarangan yang kosong untuk tanaman yang berkhasiat obat dan bernilai ekonomis ini.
Adapun kegiatan yang dilakukan ialah pembersihan lahan terlebih dahulu karena lahan masih berupa semak belukar pembersihan ini penting agara lahan terlihat rapi dan bersih, pembersihan dilakukan oleh warga Pulau Panas beserta mahasiswa KKN Kelompok 216 setelah lahan bersih lahan tersebut didiamkan selama satu minggu kemudian baru dilakukan penanaman TOGA.
Adapun jenis tanaman obat keluarga yang ditanam di desa Pulau Panas, diantaranya kunyit, jahe, lengkuas, jeruk kunci, bawang merah. Khasiat dari tanaman tersebut menurut beberapa sumber diantaranya kunyit berfungsi sebagai obat sakit maag, menghilangkan panas dan racun, memperhalus kulit, selanjutnya jahe untuk obat sakit asma, menghangatkan badan, mengobati sakit pinggang, muntah, dan nyeri otot, kemudian lengkuas berfungsi untuk mengobati panu, serta bersifat antifungi dan anti bakteri.
Untuk menjaga supaya apa yang telah disampaikan tetap berjalan dan berkesinambungan diharapkan masyarakat bisa lebih mengerti dan dapat memanfaatkan tanaman obat tersebut dengan baik. Dapat dikonsumsi sendiri sebagai obat bila diperlukan oleh masyarakat. Perawatan TOGA di harapkan dapat dipelihara secara baik agar dapat terus tumbuh dan berkembang.


















BAB V
KESIMPULAN

Dari seluruh kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang dilaksanakan oleh pelaksana di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti PUMI Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan adalah dapat terlaksana dengan baik dengan adanya dukungan dari masyarakat. Meskipun terdapat beberapa faktor kendala baik secara teknis maupun non teknis, namun semuanya itu dapat dilalui berkat bantuan dari masyarakat dan teman-teman KKN. Dari semua cakupan kegiatan yang tersebut diatas hanyalah sebagai alat mahasiswa KKN untuk bersosialisasi dengan masyarakat. KKN ini adalah sebuah wadah pelatihan mahasiswa untuk hidup bermasyarakat kelak nantinya.
Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan jalan alternatif bagi masyarakat agar masyarakat lebih sadar dan mengerti akan kegunaan dari tanaman obat itu sendiri. Karena dengan mereka tahu dan mengerti akan fungsi dan kegunaan tanaman obat itu, maka mereka bisa memanfaatkan tanaman obat tersebut untuk beberapa macam penyakit sesuai dengan yang dirasakannya. Dan bila mereka mulai mengerti akan khasiat dari obat tersebut, kalau dilihat dari sisi ekonomi akan lebih memudahkan dan murah karena tidak harus pergi ke warung atau apotek saat sedang sakit
Berlangsungnya kegiatan KKN memang masih dianggap perlu. Oleh sebab itu untuk kedepannya KKN tetap dipertahankan karena terbukti memberikan manfaat dan pengalaman secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat maupun bagi mahasiswa itu sendiri. Penyuluhan dan pelatihan yang telah diberikan berdasarkan kemampuan yang didapat mahasiswa melalui pembelajaran di bangku perkuliahan. Untuk menjaga supaya apa yang telah disampaikan tetap berjalan dan berkesinambungan saran dari penulis adalah diharapkan masyarakat bisa lebih mengerti dan dapat memanfaatkan tanaman obat tersebut dengan baik dan tanaman obat tersebut dapat juga digunakan sebagai ajang bisnis dengan membuat herbal. Dapat dikonsumsi sendiri sebagai obat bila diperlukan oleh masyarakat. Perawatan TOGA di harapkan dapat dipelihara secara baik agar dapat terus tumbuh dan berkembang.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Toga. Website:http://eprints. usu.ac.id/1222/6/ 2011-2-13201-811408029-bab2-2212013123159.pdf. Diakses pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2016 pukul 10.00 WIB
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Data  Kependudukan dari Kecamatan Tanjung Sakti PUMI
Fattah, Rivannada . 2010. Penanaman TOGA. Website: http:// kkn. dppm. uii. ac. id/ files/2011/05/22-02-41-1011-07-311-010.pdf. Diakses pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2016 pukul 10.40 WIB.
Haris. 2014. Tanaman Obat Keluarga. Website:http://eprints. ung.ac.id/1765/6/ 2012-2-13201-811408029-bab2-22012013123159.pdf. Diakses pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2016 pukul 20.00 WIB
Salan, Rudy. 2009. Penelitian Faktor-faktor Psiko-Sosio-Kultural dalam Pengobatan Tradisional pada tiga daerah, Palembang, Semarang, Bali. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Kanker dan Pengembangan Radiologi, Departemen Kesehatan RI.
Tukiman. 2004. Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Toga) Untuk Kesehatan Keluarga. Website: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-tukiman.pdf. Diakses pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2016 pukul 20.40 WIB.